Bobo.id - Teman-teman, tahukah kamu mengapa di bulan-bulan ini beberapa daerah di Indonesia masih mengalami musim penghujan?
Menurut BMKG, musim kemarau di Indonesia terjadi pada April-Oktober, sementara musim hujan pada Oktober-April. Namun, di beberapa daerah masih sering terjadi hujan hingga bulan Mei 2022.
Menurut peneliti iklim dan Subkoordinator Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto, penguatan kembali fenomena alam La Nina sejak awal Maret telah meningkatkan curah hujan di Indonesia.
Apa itu Fenomena La Nina?
Fenomena La-Nina adalah salah satu fenomena pola iklim yang terjadi di Samudra Pasifik, dan memengaruhi cuaca di seluruh dunia.
Saat terjadi fenomena La Nina, angin pasat berembus lebih kencang dari biasanya, sehingga mendorong lebih banyak air hangat ke wilayah Asia.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan ini, maka perlu meningkatkan kewaspadaan pula terhadap bencana hidrometeorologi.
Dikutip dari Kompas.id (30/5/2022) fenomena La Nina berdampak pada peningkatan hujan di sebagian wilayah Indonesia dan musim kemarau lebih mundur dari prakiraan sebelumnya.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan, awal musim kemarau di Indonesia cukup variarif.
Baca Juga: Kemunculan Bibit Siklon Bikin Resah, Apa Dampaknya bagi Cuaca di Indonesia?
Beberapa daerah memang sudah memasuki kemarau pada April, tetapi banyak daerah baru masuk kemarau pada Mei dan Juni.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Supari mengatakan, La Nina yang berkepanjangan ini diprakirakan akan memengaruhi musim kemarau di Indonesia.
Prediksi Musim Kemarau BMKG
Dalam rincian prediksi yang dikeluarkan BMKG pada Maret 2022, dari total 342 zona musim di Indonesia, sebanyak 29,8 persen diprediksi mengawali musim kemarau pada April.
Zona yang mulai memasuki musim kemarau pada April adalah sebagian kawasan Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.
Kemudian sebanyak 22,8 persen wilayah akan memasuki kemarau pada Mei 2022 yang meliputi sebagian Bali, Jawa sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua.
Sementara itu, sebanyak 23,7 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni 2022.
Wilayah-wilayah tersebut adalah Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan sebagian Papua.
Untuk 23,7 persen wilayah lainnya, awal musim kemarau tersebar pada Januari, Maret, Juli, Agustus, September, dan Oktober.
Baca Juga: Mengapa di Indonesia Masih Sering Turun Hujan Meski Sudah Masuk Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
La Nina Bisa Diukur
Fenomena La Nina bisa diukur dan di kelompokkan menjadi beberapa macam.
Dua cara yang bisa digunakan untuk mengukur La Nina adalah dengan sea surface temperature (SST) dan southern oscilation index (SOI).
Pembagian pertama dengan cara SST akan mengelompokkan fenomena ini sebagai berikut:
1. La Nina lemah, jika SST bernilai lebih besar dari -0,5 dan berlangsung selama 3 bulan berturut-turut.
2. La Nina sedang, jika SST menunjukkan nilai -0,5 sampai -1 dan berlangsung minimal tiga bulan berturut-turut.
3. La Nina kuat, jika nilai SST lebih kecil dari -1 selama setidaknya tiga bulan berturun-turut.
Cara kedua adalah dengan SOI. SOI mencatat perbedaan tekanan udara permukaan di daerah Pasifik Timur dengan tekanan udara permukaan daerah Indo-Australia.
Kuis! |
Sebutkan wilayah yang akan mengalami musim kemarau pada bulan Mei menurut prediksi BMKG. |
Petunjuk: Cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.