Pernah Dijajah Inggris, Kenapa Indonesia Tidak Jadi Negara Persemakmuran?

By Niken Bestari, Senin, 12 September 2022 | 14:30 WIB
Pernah dijajah Inggris, kenapa Indonesia tidak jadi Negara Persemakmuran Inggris? (Freepik)

Bobo.id - Tahukah teman-teman bahwa negara Inggris pernah menjajah Indonesia di masa lampau?

Tidak hanya Belanda dan Jepang yang pernah menjajah Indonesia, melainkan Inggris pernah menjajah Indonesia dalam waktu yang singkat.

Lalu, kenapa Indonesia tidak menjadi salah satu Negara Persemakmuran Inggris, ya?

Simak sejarahnya, yuk!

Inggris Datang ke Indonesia

Inggris sempat menjajah Indonesia selama 5 tahun dari 1811 hingga 1816.

Pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, yang menjadi pusat kekuatan Belanda.

Kemudian, Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.

Setelah itu, Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang ditandai dengan Perjanjian Tuntang yang disepakati pada 18 September 1811.

Perjanjian Tuntang yang berisi:

a. Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta, India.

Baca Juga: Keuntungan yang Didapatkan Negara-Negara Persemakmuran Inggris

b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris.

c. Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.

d. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.

Kebijakan Inggris di Indonesia

Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas.

Meski begitu, penjajahan Inggris tetap menindas rakyat Indonesia.

Atas jasanya merebut Nusantara dari Belanda, Raffles diberikan jabatan oleh Gubernur Jenderal Lord Minto sebagai Letnan Gubernur Jawa.

Ia tinggal dan memerintah Nusantara dari Buitenzorg, yang sekarang disebut Bogor.

A. Kebijakan di bidang pemerintahan

Raffles menegosiasikan perdamaian dan beberapa operasi militer kepada sejumlah penguasa lokal yang dianggap menentang Kerajaan Inggris.

Salah satu contohnya adalah pada 21 Juni 1812 ketika Raffles memerintahkan serangan ke Yogyakarta.

Baca Juga: 8 Negara Persemakmuran Inggris di Asia, Ada Malaysia hingga India

Saat itu, Keraton Yogyakarta adalah salah satu dari dua kerajaan lokal terkuat yang ada di Pulau Jawa.

Raffles juga memerintahkan ekspedisi militer ke Palembang untuk menggulingkan pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II dan merebut Pulau Bangka.

Padahal, Sultan Mahmud Badaruddin II telah membantu Inggris mengusir Belanda. Raffles bermaksud menjadikan Bangka sebagai markas tentara Inggris untuk menahan Belanda pasca-berakhirnya Perang Enam Koalisi untuk menghancurkan Napoleon.

Di bawah penjajahan Inggris, Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan. Kebijakan ini diambil agar Inggris lebih mudah dalam mengawasi daerah-daerah di pulau Jawa.

Setiap residen tersebut dikepalai oleh seorang residen dan asisten residen.

Keenam belas keresidenan yakni: Karesidenan Banten, Karesidenan Banyumas, Karesidenan Besuki, Karesidenan Bogor, Karesidenan Cirebon, Karesidenan Jakarta, Karesidenan Karawang.

Selain itu, Karesidenan Kediri, Karesidenan Kedu, Karesidenan Madiun, Karesidenan Madura, Karesidenan Pati, Karesidenan Priangan, Karesidenan Rembang, Karesidenan Semarang, Karesidenan Surakarta.

Reformasi Raffles

Selama masa pemerintahannya, Raffles melakukan reformasi massal untuk mengubah sistem kolonial Hindia Belanda.

Kebijakan Raffles adalah:

1. Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan pajak wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat.

Baca Juga: Apa Itu Persemakmuran Inggris Raya? Ini Penjelasan dan Nama-Nama Negara Anggotanya

2. Peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial Inggris.

3. Perkenalan sistem pencatatan bangunan-bangunan kuno yang ada di Jawa.

Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya pemilik tanah yang sah. Oleh karena itu, sudah selayaknya rakyat menjadi penyewa dengan membayar pajak sewa dari tanah yang diolahnya.

Beban pajak ini memberatkan rakyat. Yang tak sanggup membayar dengan uang, membayar dengan beras.

Pajak yang dibayar dengan uang diserahkan kepada kepala desa untuk kemudian disetorkan ke kantor residen.

Sedangkan pajak yang berupa beras dikirim ke kantor residen setempat oleh yang bersangkutan atas biaya sendiri.

Namun, segala reformasi yang dilakukan Raffles dianggap terlalu mahal bagi East Indian Company (EIC), kongsi dagang Inggris yang mencari untung.

Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan oleh John Fendall.

Keputusan tersebut dilakukan karena Inggris bersiap menyerahkan kembali Jawa ke Belanda.

Penyerahan itu sesuai dengan Perjanjian Anglo-Dutch yang terjadi pada tahun 1814 menjelang berakhirnya Perang Napoleon di Eropa.

Inggris dan Belanda menyepakati perjanjian damai dengan penyerahan Jawa ke Belanda. Oleh sebab itu, Indonesia tidak menjadi Negara Persemakmuran Inggris karena Inggris sudah menyerahkan Nusantara ke tangan Belanda.

Setelah itu, Inggris membiarkan Belanda menguasai Indonesia. Sedangkan Inggris melanjutkan kolonialisme di wilayah Melayu dan India.

(Penulis : Nibras Nada Nailufar)

----

Kuis!

Tanggal berapa kapal Inggris datang ke Batavia?

Petunjuk: Cek halaman 2!

Tonton video ini juga, yuk!

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.