Wayang Orang: Sejarah, Penciptaan, hingga Maknanya

By Amirul Nisa, Senin, 7 November 2022 | 19:00 WIB
Wayang orang adalah salah satu pertunjukan yang banyak menceritakan epos Ramayana dan Mahabarata. (Creative Commons/erditama)

Bobo.id - Wayang orang adalah salah satu seni pertunjukan yang terkenal di tanah Jawa.

Seni pertunjukan wayang orang ini dikenal juga dengan nama wayang wong dalam bahsa Jawa.

Biasanya wayang orang akan memainkan cerita tentang Ramayana atau Mahabarata dengan diperankan oleh orang bukan boneka.

Bila teman-teman menyaksikan pementasan wayang orang ini, maka bukan hanya hiburan yang didapat, tapi juga ada banyak pesan moral.

Jika tertarik dengan seni pertunjukan ini, mari kenali sejarah hingga proses penciptaan wayang orang ini.

Munculnya Wayang Orang

Saat mendengar kata wayang, banyak di antara teman-teman mungkin akan berpikir tentang sebuah boneka dari kulit dan seorang dalang yang memainkannya.

Tapi wayang orang tidak sama seperti wayang pada banyak pikiran orang.

Wayang orang memang jenis wayang yang berkembang berbarengan dengan wayang kulit. Dua jenis wayang ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Bahkan sebuah tarian yang mengisahkan cerita pewayangan disebut sudah dimainkan sekitar tahun 930 Masehi yang tercatat pada prasasti Wimalasmara yang ada di Jawa Timur.

Pada prasasti itu ada sebuah kisah yang menyebutkan wayang wong. Sebutan wong ini merupakan bahasa Jawa Kuno atau Kawi yang berarti manusia.

Sedangkan istilah wayang berarti bayangan. Sehingga wayang wong merupakan bayangan manusia.

Baca Juga: 6 Tokoh Wayang Hewan, Mulai dari Kebo Andanu hingga Wilmuka

Pada zaman dulu drama tari dari Mataram Kuno ada di Jawa Tengah dan dilestarikan oleh kerajaan-kerajaan penerusnya.

Kerajaan penerus itu adalah Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Lalu saat Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I yang menjadi pendiri dan raja pertama Kesultanan Yogyakarta mengubah kesenian drama tari tersebut.

Perubahan ulang itu dilakukan agar estetis. Sri Sultan Hamengku Buwono I juga melakukan perubahan agar bisa menampilkan sebuah pementasan yang menggambarkan perbuatan kepahlawanan dari para satria pada masa Mahabarata.

Karena itu, pementasan wayang orang menjadi suatu pertunjukan terhormat di Yogyakarta.

Perkembangan Wayang Orang

Sejak dibentuk ulangnya seni pertunjukan drama tari menjadi wayang orang, pertunjukan ini selalu dimainkan pada acara ritual kenegaraan hingga perayaan penting lainnya.

Bahkan pada acara pernikahan atau ulang tahun anak Sultan, seni pertunjukan ini juga selalu ditampilkan.

Pertunjukan wayang orang ini pertama kali dimainkan di Yogyakarta pada tahun 1757 dengan memainkan lakon Gandawardaya yang merupakan sebuah cabang cerita dari epos Mahabarata.

Pada pertunjukan pertama itu, pola pertunjukan masih sama dengan wayang kulit dengan menggunakan panggung sempit dan panjang.

Bahkan pergerakan pemain masih menggunakan pola dua dimensi saja, mirip wayang kulit.

Seiring berjalannya waktu ada banyak perubahan terjadi pada pola pertunjukan wayang orang.

Baca Juga: Komik Wayang: Pengertian, Contoh, dan Perkembangannya di Indonesia

Terlebih pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V tahun 1823-1855, yang terkenal sangat memperhatian seni dan budaya.

Bahkan sosok sultan itu juga pernah melakukan pertunjukan wayang orang dengan Pangeran Mangkubumi.

Lalu pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yaitu tahun 1877 hingga 1921, seni wayang orang mulai dilengkapi dengan Serat Pocapan.

Serat ini adalah teks dialog pada setiap tokoh saat pementasan dilakukan.

Pada tahun 1918, sultan mendirikan perkumpulan Krida Beksa Wirama yang menjadi langkah pertama untuk mengenalkan ilmu tari ke luar lingkungan keraton.

Sejak saat itu, wayang orang mulai bisa dipentaskan oleh masyarakat biasa dan tidak hanya dimainkan di dalam keraton saja.

Puncak berkembangnya wayang orang terjadi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yaitu tahun 1921 hingga 1939.

Bahkan saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII terkenal sebagai pelindung besar wayang orang, lo.

Pada masa pemerintahannya saja ada 11 pertunjukan wayang orang sekala besar diselenggarakan.

Salah satu pertunjukan yang cukup besar adalah lakon bersambung Mintaraga dan Samba Sembit yang dimainkan selama empat hari untuk merayakan pernikahan putri Sultan.

Namun masa kejayaan wayang orang mulai meredup sejak terjadinya Perang Dunia II dan kependudukan Jepang membuat kondisi keraton menjadi buruk.

Baca Juga: Sejarah Hari Wayang Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 7 November Beserta Link Twibbon

Hal itu berdampak pada seni wayang orang yang mulai tidak dipentaskan secara besar-besaran seperti dulu.

Makna Wayang Orang

Wayang orang bukanlah sebuah seni pertunjukan biasa, terlebih untuk keraton Yogyakarta.

Bahkan wayang orang juga sudah menjadi salah satu ritual kenegaraan yang dilakukan oleh keraton secara rutin.

Pada awalnya wayang orang ini juga menjadi salah satu cara Sri Sultan Hamengku Buwono I menunjukan kuasanya sebagai penerus raja-raja Jawa.

Selain itu, wayang orang juga dianggap sebagai pendidikan jiwa dan tata krama yang perlu dipelajari putra-putri Sultan.

Karena itu, wayang orang menjadi seni pertunjukan yang wajib dipelajari oleh keluarga kerajaan.

Nah, itu tadi sejarah munculnya wayang orang yang bukan hanya pertunjukan biasa tapi juga memiliki arti penting bagi keraton Yogyakarta.

(Foto: Creative Commons/erditama)

Baca Juga: Wayang Hanoman: Kisah Singkat, Deskripsi Ciri Fisik, dan Watak

----

Kuis!
Bagaimana keterkaitan wayang orang dengan wayang kulit?
Petunjuk: Cek halaman 1!

Lihat juga video ini, yuk!

---- 

Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD. 

Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.