Bobo.id - Wayang hewan juga menjadi tokoh dalam kesenian wayang.
Wayang adalah kesenian yang menggabungkan seni bertutur, seni lukis, seni peran, seni musik, seni suara, dan seni sastra.
Sebab, wayang dipentaskan oleh seorang dalang yang bertutur menceritakan alur cerita dengan pendalaman karakter setiap tokohnya.
Kemudian, diiringi dengan gamelan dan tembang yang indah.
Biasanya, cerita wayang diambil dari kisah dewa dan dewi dalam kitab Ramayana dan Mahabarata.
Lalu, apa saja tokoh wayang hewan yang perlu kita ketahui dalam pewayangan, ya? Yuk, simak penjelasannya.
Berikut, tokoh-tokoh wayang yang wujudnya hewan, yaitu:
Kebo Andanu adalah kerbau yang berjumlah 40 ekor dan milik seorang tokoh wayang perempuan bernama Batari Durga.
Namun, Kebo Andanu digembalakan oleh seorang tokoh wayang raksasa bernama Dadungawuk.
Ia menjaga Kebo Andanu di hutan Krendawahana dengan baik dan setia. Kebo Andanu warnanya hitam dan berkaki putih.
Selain itu, menurut cerita pewayangan Kebo Andanu pernah dipinjam oleh Pandawa, untuk memenuhi permintaan Dewi Sumbadra, yaitu putri dari Basudewa dan Dewi Badrahini.
Baca Juga: Sejarah Hari Wayang Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 7 November Beserta Link Twibbon
Tujuannya untuk memeriahkan pernikahan Arjuna dengan dengan Dewi Sumbadra yang diadakan di negara Dwarawati.
Meskipun awalnya Dadungawuk menolak, tetapi ia dikalahkan oleh Bima dan dengan seizin Batari Durga, Kebo Andanu dibawa dan dikembalikan lagi.
Jatayu atau burung garuda adalah tokoh hewan dalam cerita wayang yang cukup terkenal.
Jatayu adalah burung yang bisa berbicara seperti manusia dan muncul dalam kisah Ramayana.
Diceritakan, Jatayu bisa menyerang dengan cara mematuk musuhnya, serta ia juga punya peran penting dalam kisah Rama dan Sinta.
Saat Dewi Sinta diculik Rahwana, Jatayu melihatnya dan berusaha membantu Dewi Sinta agar lepas.
Tetapi sayangnya, saat melawan Rahwana Jatayu justru terluka dan tidak bisa bertahan hidup. Nanum, untungnya Jatayu sempat memberi tahu Rama kalau Dewi Sinta diculik.
Tokoh wayang hewan selanjutnya adalah Antaboga, yaitu seekor ular raksasa.
Menurut cerita wayang, Antaboga tinggal di dasar bumi dan mengasuh Wisanggeni, yaitu anak Arjuna dengan Batari Dresanala.
Antaboga digambarkan dengan ular bersisik yang besar dan menggunakan mahkota serta sayap.
Selain itu, Antaboga juga dilambangkan sebagai energi yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.
Baca Juga: Wayang Hanoman: Kisah Singkat, Deskripsi Ciri Fisik, dan Watak
Taksaka adalah wayang hewan yang juga berwujud ular raksasa, ia merupakan anak dari Dewi Kadru dan Kashyapa dan tinggal di Nagaloka.
Taksaka bersaudara dengan tokoh wayang hewan lainnya, yaitu Basuki, Antaboga, dan lainnya karena jumlah saudaranya ada seratus.
Menurut cerita wayang, Taksaka membunuh Parikesit akibat kutukan Sang Srenggi.
Naga Basuki juga tokoh wayang hewan yang berbentuk ular raksasa. Menurut cerita, Naga Basuki adalah ular raksasa yang menyeimbangkan alam.
Selain itu, Naga Basuki digambarkan mempunyai permata besar bernama Nagamani di kepalanya dan merupakan peliharaan milik Dewa Siwa yang dikalungkan di lehernya.
Wilmuka adalah burung garuda raksasa yang bisa berbicara seperti manusia.
Menurut cerita wayang, Wilmuka lahir dari telur dan disuruh mengambil Air Amerta di Pulau Sangkha Dwipa.
Dalam perjalanan pulangnya setelah mengantarkan Air Amerta untuk diberikan kepada naga-naga yang menjaga ibunya.
Wilmuka bertemu dengan Batara Wisnu dan memintanya untuk jadi kendaraannya.
Akhirnya, Wilmuka pun menerima dan selalu mengiringi ke mana pun Batara Wisnu pergi.
Nah, itulah berbagai macam tokoh wayang hewan, mulai dari Kebo Andanu hingga Wilmuka.
Baca Juga: 7 Tokoh Wayang Perempuan, Mulai dari Dewi Sri hingga Dewi Kunti
---
Baca Lagi: |
Apa itu wayang? |
Petunjuk: Cek halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR