Bahkan, taktik berperang gerilya cocok digunakan untuk menyerang sekelompok lawan dalam jumlah besar, yang tidak memahami medan pertempuran.
Oleh karena itu, gerilya membuat pasukan Jenderal Sudirman selalu menang melawan pasukan Belanda.
Rute Gerilya Jenderal Sudirman
Meskipun sedang sakit Tuberkulosis saat perang gerilya, namun tidak membuat Jenderal Sudirman menyerah.
Sejak Belanda melancarkan agresinya pada 19 Desember 1948, Jenderal Sudirman memulai rute gerilya dari Bintaran dan berakhir di Mangkubumen, Yogyakarta.
Pasukan Jenderal Sudirman menempuk jarak sekitar 1.009 kilometer dengan rute, Yogyakarta - Bantul - Gunung Kidul - Wonogiri - Pacitan - Ponorogo - Trenggalek - Tulungagung - Kediri - Nganjuk - Sleman.
Profil Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman dihormati sebagai perwira tertinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Ia juga merupakan Panglima Besar TNI pertama, yang lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang pada 29 Januari 1950.
Jenderal Sudirman sejak kecil dikenal sebagai pelajar yang aktif dan pintar.
Sudirman juga mengikuti berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler, seperti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah.
Baca Juga: Pertempuran Ambarawa Dipimpin Jenderal Sudirman, Mengusir Pasukan Sekutu dengan Strategi Supit Urang