Suatu hari, Putri Delila diam-diam keluar dari istana. Tak ada yang melihatnya. Ia pergi ke padang rumput dan melihat si gembala sedang memainkan seruling di bawah pohon. Semua hewan duduk dengan tertib mendengarkan musik Danish. Putri Delila juga akhirnya ikut diam mendengarkan alunan seruling yang indah.
Danish akhirnya sadar kalau Putri Delila ada di situ. Ia menjadi malu dan berhenti bermain seruling. Ia membungkuk sopan pada Putri Delila dan menyimpan serulingnya di dalam tas.
“Putri, ada yang bisa aku bantu? Mengapa Putri ada di padang rumput sendirian?” tanya Danish.
“Aku ingin punya bunga seperti yang tersemat di topimu setiap hari. Di mana tumbuhnya?” tanya Putri Delila galak.
“Jauh di dalam hutan, Putri,” kata Danish si gembala kecil. “Kalau Putri mau, aku akan memetikkan sebanyak yang Putri inginkan.”
Putri Delila menggelengkan kepala. “Aku akan petik sendiri,” katanya. “Bawalah aku ke sana.”
“Tapi tempat itu sangat jauh, Putri,” kata Danish. “Semakin jauh ke dalam hutan, semakin banyak dan tajam semak berdurinya.”
Akan tetapi Putri Delila tak peduli.
“Bawa aku sekarang!” perintahnya.
Danish akhirnya menurut. Gembala kecil itu membawa Putri Delila ke dalam hutan, melewati pohon-pohon besar dan semak duri. Bahkan dahan-dahan di atas kepala mereka pun berduri. Duri-duri tajam itu merobek baju dan menusuk lengan mereka sehingga luka dan berdarah. Namun Putri Delila tak mau menyerah. Ia menolak saat Danish mengajaknya kembali.
Akhirnya, mereka tiba di padang rumput lapang di tengah hutan. Rumput di tempat itu sangat tebal bagaikan karpet. Ribuan bunga indah yang belum pernah dilihat Putri Delila sebelumnya, terhampar dengan indahnya.
Baca Juga: Dongeng Anak: Payung untuk Torto #MendongenguntukCerdas