Di saat tidak bekerja, Kak Muel kadang menyewa perahu nelayan. Ia lalu mengajak Abe berperahu ke dekat kapal pesiar. Seperti biasa, para wisatawan biasanya melempar uang koin ke laut saat melihat anak-anak pulau. Kak Muel akan membiarkan Abe berdiri di pundaknya, untuk ancang-ancang melompat ke air, lalu menyelam untuk mengambil uang koin. Atraksi Abe ini, biasanya mendapat tepukan tangan para wisatawan.
“Ambil koin seperlunya saja. Tidak usah banyak-banyak. Kau bisa kehabisan napas kalau terlalu lama di dasar laut,” pesan Kak Muel setiap kali Abe akan menyelam.
Jika Abe agak lama di dasar laut , Kak Muel biasanya akan menyusul, lalu menarik Abe ke atas. Padahal, Abe merasa ia kuat berlama-lama menahan napas di dalam air. Lagi pula, ia memang suka menyelam.
Pada saat banyak turis datang dengan kapal, maka ada banyak uang koin yang dilempar ke laut. Di saat itu, Abe pasti dapat banyak uang koin juga. Ia tak pernah lupa membagi uang koinnya pada Kak Muel.
“Tabung saja uang itu untuk membeli tas sekolah, Abe,” kata Kak Muel setiap kali Abe membagi uang koinnya. Namun Abe tetap memaksa memberikan sebagian uang untuk Kak Muel. Abe tahu, kadang Kak Muel juga tak punya uang jika tak ada nelayan yang memintanya membersihkan perahu.
Abe merasa berhutang budi pada Kak Muel. Ia ingin mendapatkan banyak koin agar bisa membelikan Kak Muel sebuah perahu besar. Dengan perahu itu, mereka bisa membawa wisatawan untuk tur berkeliling pulau. Abe juga ingin memperbaiki pondok reot tempat ia dan Kak Muel tinggal.
“Tuhan, tolong berikan aku banyak koin. Aku ingin membantu Kak Muel, seperti Kak Muel selalu membantuku…” Begitulah doa Abe setiap malam.
Pada suatu hari, terjadilah peristiwa heboh di perairan di dekat pulau tempat Abe tinggal. Seorang anak penumpang kapal pesiar, berdiri terlalu dekat di pagar kapal. Ia terpeleset dan terjatuh ke laut.
Anak itu tidak bisa berenang. Kebetulan, Abe ada di dekat situ untuk mencari koin. Abe akhirnya tak jadi mencari koin. Ia bergegas berenang menolong anak yang hampir tenggelam itu. Abe berenang sambil menarik anak itu ke atas permukaan air. Di saat itu, sebuah sekoci penyelamat mendekat. Petugas dari kapal pesiar itu menarik anak itu dan Abe naik ke atas sekoci.
Setelah menyelamatkan anak itu, Abe pulang ke pondoknya di tepi pantai. Malam itu, ia tertidur nyenyak karena lelah.
Pagi pun tiba.
Baca Juga: Dongeng Anak: Apel Tertawa dan Apel Menangis #MendongenguntukCerdas