Hari Sabtu pagi pun tiba. Bayu dan Amir langsung pergi ke rumah Rudi tak lama setelah sarapan. Runi dan Rudi menanti kedatangan mereka di halaman.
“Selamat datang di rumah kami,” ucap Runi dan Rudi bersamaan.
“Hai para detektif, ini petunjuk kalian yang pertama,” ujar Datuk ketika melihat anak-anak itu berkumpul.
Datuk memberikan sebuah kertas kepada keempat anak itu. Rudi segera mengambil dan membukanya. Kertas yang ada di tangan Rudi itu adalah kertas bon makan. Ada tanda silang besar di atasnya.
“Ada menu makanan diberi silang. Ini maksudnya tidak boleh makan,” tebak Runi.
“Huh, kamu sok tahu!” ujar Rudi jengkel.
“Huh, aku main yang lain aja, ah, daripada tidak boleh makan,” kata Runi sambil berlari meninggalkan mereka.
“Lihat, di belakangnya ada gambar,” seru Bayu.
Di belakang bon itu ada gambar yang digambar menggunakan pensil. Goresan pensil itu tipis, tidak terlalu jelas. Ada gambar kompor, lemari, dan gelas. Rudi, Bayu, dan Amir makin bingung melihatnya. Ketiga anak itu berpikir keras. Sesekali mereka menelitinya dengan menggunakan kaca pembesar.
“Ayo kita ke dapur,” gumam Rudi, “bon makan yang dicoret artinya tidak makan di luar rumah. Berarti di dalam rumah. Kompor adalah benda yang ada di dapur. Gambar lemari itu bentuknya mirip seperti yang di dapur,” lanjut Rudi.
Tak lama kemudian, ketiga anak laki-laki itu menuju dapur. Mereka bersorak gembira ketika memasuki dapur. Mereka makin bersemangat melihat ada 4 lemari di sepanjang dinding.
Baca Juga: Cerpen Anak: Mengapa Air Laut Asin #MendongenguntukCerdas