“Penyanyi itu harus berbakat. Iya, kan, Tante Meta?” sahut Rudi.
“Maksudmu aku tidak berbakat?” tanya Runi dengan sengit. Terdengar nada kesal pada suaranya.
“Hmmm… Bagaimana, ya?” gumam Rudi.
Runi bertambah kesal mendengar gumaman Rudi. Rudi malah tertawa-tawa kecil melihat saudara kembarnya yang cemberut itu.
“Bakat saja tidak cukup,” terdengar suara Tante Meta dengan nada merdunya.
Tante Meta memang sering berbicara dengan nada. Runi dan Rudi sangat suka mendengarkan cerita yang dibawakan oleh Tante Meta. Mereka bisa mendengar cerita seru sekaligus lagu merdu.
Kali ini, Tante Meta melantunkan kalimat itu dengan nada rendah yang menenangkan. Runi yang semula sudah siap mau bertengkar, mendadak duduk tenang.
“Bertahun-tahun yang lalu, di sebuah rumah besar, tinggallah seorang anak perempuan,” nyanyi Tante Meta.
Runi dan Rudi langsung menyimak. Mereka menebak Tante Meta akan bercerita tentang masa kecilnya di rumah itu.
“Anak itu tidak bisa menyanyi. Anak itu tidak bisa berbicara. Anak itu bisu,” terdengar suara merdu Tante Meta.
Runi dan Rudi saling memandang. Mereka berdua sama-sama berwajah bingung.
Baca Juga: Cerpen Anak: Abe si Anak Laut #MendongenguntukCerdas