“Nah, sekarang kalian bisa tinggalkan Datuk di sini. Jangan lupa untuk menjemput 3 hari lagi, ya,” ujar Datuk.
Setelah bercakap-cakap, Bu Dini pun berpamitan. Runi dan Rudi melihat wajah Datuk sangat bahagia karena bertemu dengan teman-temannya. Perlahan mobil yang mereka tumpangi meninggalkan rumah yang ditinggali teman-teman Datuk itu. Saat melewati bagian depan pagarnya, Rudi sempat melihat papan bertuliskan “Panti Wreda”.
Runi dan Rudi ikut senang saat melihat wajah Datuk yang berbinar-binar. Esoknya mereka menceritakan hal itu kepada teman-teman mereka. Beberapa teman Runi dan Rudi mengenal Datuk sebagai pencerita yang menyenangkan.
“Apaaa? Panti wreda? Itu, kan, tempat tinggal orang tua yang tidak punya keluarga,” ujar Naura saat mendengar cerita Runi.
“Hah? Masa?” tanya Runi tak percaya.
“Kalian, kok, tega meninggalkan Datuk di sana? Padahal Datuk sangat baik pada kalian,” lanjut Naura lagi.
Apa yang Runi dan Rudi lihat kemarin bukan seperti orang-orang yang tidak punya keluarga. Orang-orang di rumah itu malah terlihat seperti keluarga besar yang rukun. Namun, tetap saja Runi dan Rudi memikirkan apa yang dikatakan Naura itu.
“Ma, apa bisa kita jemput Datuk sekarang?” pinta Runi.
“Lo, kenapa? Kan, belum 3 hari. Kamu kangen Datuk, ya?” tanya Bu Dini.
“Iya, Ma. Kita jemput Datuk sekarang saja,” ujar Rudi.
Kedua anak itu kompak mendesak Bu Dini untuk segera menjemput Datuk. Bu Dini akhirnya menuruti keinginan mereka.
Baca Juga: Cerpen Anak: Sepeda Berwarna Perak #MendongenguntukCerdas