Saat anjing merasa ada sesuatu masalah yang akan tiba, tubuhnya terlihat gemetar dan takut untuk melakukan apa pun.
Hal ini juga didukung oleh sebuah studi yang dilakukan Stanley Coren, profesor psikologi di University of British Columbia.
Ia meneliti apakah anjing bisa mengalami seasonal affective disorder ketika satu hari sebelum gempa bumi bermagnitudo besar.
Data ini merangkum aktivitas dan tingkat kecemasan 200 anjing yang tinggal di Vancouver, Kanada, sebuah kota terdampak gempa.
Pada hari sebelum gempa bumi, 49 persen anjing menunjukkan peningkatan kecemasan yang signifikan.
Stanley Coren menduga, sebelum gempa besar terjadi, anjing itu bisa mendengar aktivitas seismik dalam Bumi, teman-teman.
Hal ini mengingat anjing merupakan salah satu hewan yang bisa mendengar suara frekuensi rendah, yakni 16 Hz hingga 70 KHz.
Selain itu, Stanley Coren juga melakukan pengelompokan berdasarkan bentuk telinga anjing dan berdasarkan ukuran kepalanya.
Anjing bertelinga tegak menunjukkan lebih banyak peningkatan aktivitas daripada anjing dengan telinga terkulai.
Hal ini karena telinga tegak yang dimiliki anjing memungkinkannya mendengarkan lebih banyak aktivitas seismik.
Sementara iu, anjing dengan ukuran kepala yang lebih kecil cenderung menunjukkan peningkatan aktivitas jauh lebih besar dibanding anjing berkepala besar.
Baca Juga: Daftar 7 Negara yang Paling Sering Mengalami Gempa Bumi, Indonesia Salah Satunya