Datuk berjalan tertatih-tatih menuju tangga. Biasanya Datuk berjalan dibantu dengan tongkat. Datuk sudah tidak muda lagi. Kali ini, Rudi yang menjadi tongkatnya. Rudi menuntun Datuk ke arah yang Datuk tunjukkan. Mereka menuju ke sebuah kamar di lantai 2.
Semua kamar di rumah Datuk dilengkapi dengan tempat tidur, kasur, meja, dan lemari. Demikian pula dengan kamar yang didatangi Datuk dan Rudi ini. Bedanya kamar ini memiliki lemari yang besar sekali.
“Wah, besar sekali lemarinya. Bisa untuk main petak umpet,” kata Rudi dalam hati.
“Duh, Datuk capek. Kita duduk sebentar, ya. Setelah itu, baru kita masuk dalam lemari,” ucap Datuk.
“Aku tadi berpikir lemari ini besar sekali sampai bisa untuk main petak umpet. Datuk mau main petak umpet, ya? Ha ha ha,” tanggap Rudi sambil tertawa.
Rudi masih tertawa terbahak-bahak ketika Datuk menuju lemari. Datuk berhenti sebentar untuk merogoh kunci di kantongnya. Sebuah anak kunci antik berukuran besar digunakan untuk membuka lemari besar itu. Rudi menghentikan tawanya ketika Datuk membuka kedua pintu lemari itu. Di dalam lemari itu tidak ada raknya. Yang ada adalah tangga menuju ke atas.
“Wow!” pekik Rudi kagum.
“Tidak semua orang mengetahui tangga ini. Datuk hanya berbagi rahasia pada orang yang dipercaya,” bisik Datuk penuh rahasia.
Datuk menekan saklar lampu yang ada di dalam lemari. Setelah itu Datuk menaiki tangga itu sambil berpegangan pada pegangan tangga. Sepertinya tangga ini memang dibuat khusus untuk orang tua seperti Datuk. Pegangan tangga ada di kedua sisinya.
“Nah, kita sudah sampai,” seru Datuk dengan riang.
Sesampai di lantai atas, Rudi kembali menjadi tongkat bagi Datuk. Datuk menunjuk ke sebuah meja di dekat jendela. Meja tulis itu bentuknya bundar, warnanya kehitaman. Setelah didekati, Rudi baru menyadari kalau meja itu berasal dari batang pohon. Di atas meja itu ada sebuah buku, setumpuk kertas, dan sebuah gelas yang dipenuhi pensil. Ada pemberat kertas berbentuk rumah di atasnya.
Baca Juga: Dongeng Anak: Pencurian Kecil Si Kecil Becky #MendongenguntukCerdas