Pada bulan kesembilan ini, masyarakat umat Hindu akan menyucikan pratima yang merupakan sarana dan peralatan upacara dengan cara diarak ke laut, danau, atau sungai.
Pratima merupakan simbol Dewa yang digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
Setelah itu akan ada upacara Pengrupukan yang dikenal juga dengan nama upacara Tawur Kesanga atau Tawur Agung.
Upacara ini dilakukan dengan tujuan menjaga keseimbangan alam semesta serta diri manusia dari gangguan bhuta kala, sebutan sosok makhluk jahat yang menyeramkan dan makhluk penggoda.
Pada upacara ini, umat Hindu akan memberikan sesajen caru yang diiringi dengan arak-arakan ogoh-ogoh yang menjadi simbol bhuta kala.
Arak-arakan akan dilakukan pada malam hari dan diakhiri dengan pembakaran ogoh-ogoh tersebut, sebagai simbol hilangnya kekuatan negatif.
Nah, pada keesokan harinya, barulah umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi.
Pada perayaan Hari Raya Nyepi ini, umat Hindu tidak akan bepergian, tidak beraktivitas atau bekerja, tidak menikmati hiburan dalam berbagai bentuk, tidak menyalakan api atau lampu.Kegiatan itu disebut juga dengan Catur Bratha Penyepian.
Jadi, selama 24 jam, semua umat Hindu akan ada di dalam rumah tanpa melakukan aktivitas yang sudah disebutkan sebelumnya.
Karena itu, saat perayaan Hari Raya Nyepi, Pulau Bali bisa jadi sangat sepi tanpa ada banyak aktivitas.
Bahkan umat agama lain yang ada di tempat itu, juga tidak melakukan banyak kegiatan atau aktivitas ramai agar tidak mengganggu perayaan Nyepi.
Baca Juga: Apakah Bandara I Gusti Ngurah Rai Tetap Beroperasi Saat Nyepi?