Bagi pengamat yang berada di garis khatulistiwa, maka akan mendapatkan Matahari tepat di atas kepala ketika tengah hari.
Sementara itu, untuk pengamat di tempat lain, Matahari akan condong ke Utara atau Selatan sejauh lintang tempatmu berada.
Dilansir dari Kompas.com, saat fenomena ekuinoks terjadi, intensitas radiasi Matahari yang diterima di ekuator Bumi bernilai maksimum.
Ini artinya, fenomena ekuinoks juga bisa memicu cuaca panas hingga terasa menyengat di bagian bumi khatulistiwa atau tropis.
Durasi Siang dan Malam Sama Panjangnya
Apabila ditinjau dari pengamat Tata Surya di luar Bumi, posisi sumbu rotasi Bumi tegak lurus terhadap arah sinar Matahari ke Bumi.
Hal inilah yang akan mengakibatkan batas siang-malam berhimpit dengan garis bujur di setiap permukaan Bumi.
Sehingga, panjang siang dan malam nyaris memiliki durasi yang sama.
Meskipun begitu, kenyataan di lapangan kesamaannya tidak tepat 12 jam karena dipengaruhi oleh pembelokan atmosfer.
Fakta yang terjadi sebenarnya adalah waktu terbenamnya matahari akan lebih lambat apabila dibandingkan dengan waktu biasanya.
Di daerah sekitar khatulistiwa, adanya fenomena ekuinoks ini mengakibatkan selisih waktu terbit dan terbenam sebanyak dua menit.
Baca Juga: Ekuinoks Memunculkan Mitos Telur yang Bisa Berdiri Tegak saat Peristiwa Ini, Benar atau Tidak, ya?