Pangeran Jati berusaha sabar. Namun pada suatu hari, ia melihat salah satu pengurus kudanya menangis. Pangeran Jati bertanya padanya.
“Anak perempuanku diculik Ni Hejo ketika sedang mencari jamur di hutan. Anakku pasti sudah jadi angsa penghuni danau,” jawab pengurus kuda itu.
Pangeran Jati akhirnya tak bisa bersabar lagi. “Aku harus menangkap Ni Hejo!” tekadnya.
Malam itu, langit diterangi bulan purnama. Pangeran Jati segera memacu kudanya menuju hutan. Ia membawa tabung berisi anak panah dan busurnya. Setiba di tengah hutan, Pangeran Jati turun dari kudanya, dan mengendap mendekati pondok Ni Hejo.
Dari jauh, Pangeran Jati melihat bayangan Ni Hejo melintas di jendela pondoknya. Pangeran Jati membidikkan panahnya. Namun, pandangannya lalu menjadi kabur dan tidak jelas. Pangeran Jati melangkah lebih dekat lagi. Beberapa kali ia membidik siap memanah, namun pandangannya selalu menjadi tidak jelas. Pangeran Jati melangkah lagi dan melangkah lagi semakin dekat.
Tiba-tiba… “Hi hi hi… akhirnya kau masuk dalam perangkapku, Pangeran Jati! Aku akan punya angsa baruuu… hi hi hi…”
Ni Hejo tiba-tiba saja sudah muncul di depan Pangeran Jati. Anehnya, tubuh Pangeran Jati seperti membatu, tidak bisa bergerak. Padahal panahnya sudah siap dibidik. “Kau sudah berada dalam lingkaran sihirku. Kau tidak bisa bergerak lagi dan… jadilah angsa!” seru Ni Hejo.
Seketika, Pangeran Jati berubah menjadi angsa. Lalu, sebuah tenaga seperti menarik Pangeran Jati sehingga ia terbang ke arah danau. Ia pun menjadi salah satu angsa penghuni danau. Pangeran Jati sangat menyesal tidak mendengar nasihat kembarannya. Sepanjang malam itu ia menangis di tepi danau.
Ketika matahari menjelang terbit, tiba-tiba Pangeran Jati mendengar bunyi ribut-ribut. Ia membuka matanya dan terkejut ketika melihat Ki Sakti dan Ni Hejo bertempur di udara. Ki Sakti menangkis semua serangan Ni Hejo dengan sebatang ranting pohon.
“Ki Sakti memang sakti! Dia berhasil masuk ke lingkaran sihir Ni Hejo tanpa kena sihir!” gumam Pangeran Jati kagum.
Tiba-tiba, terdengar suara memanggil-manggil.
Baca Juga: Dongeng Anak: Petualangan Tikus Cerobong #MendongenguntukCerdas