Suatu hari, seorang sahabat Kim Kyong Sin yang bernama Yo San datang bertamu. Yo San adalah seorang pegawai biasa. Namun, ia bijaksana dan juga pandai meramal. Kim Kyong Sin berpura-pura sedang sakit dan tak mau menerima Yo San.
Setelah Yo San berkali-kali datang, barulah Kim Kyong Sin mau keluar dari kamarnya.
"Wajahmu sangat pucat, Kim Kyong Sin. Sudah berapa hari kau tidak keluar rumah. Coba ceritakan padaku, apa masalahmu. Mungkin aku bisa membantumu,” bujuk Yo San cemas.
Kim Kyong Sin akhirnya mau bercerita.
"Aku bermimpi melepaskan topi bangsawanku. Lalu memakai topi putih rakyat jelata. Aku lalu masuk ke sumur dengan harpa dua belas tali di tanganku. Salah satu menteri di istana memberitahu bahwa aku akan mendapat nasib buruk."
Yo San tertawa dan berkata, “Kim Kyong Sin, menteri itu pasti membohongimu karena iri pada nasib baikmu. Sebaliknya, mimpimu itu pertanda kau akan mendapat nasib baik. Berjanjilah, kau tak akan melupakanku kalau kau kelak menjadi raja. Aku akan memberitahu arti mimpimu itu,” kata Yo San.
"Aku berjanji. Katakan padaku arti mimpiku itu, sahabatku," kata Kim Kyong Sin penasaran.
"Kau melepas topi bangsawan itu, artinya kau memberitahu orang-orang, bahwa tidak ada orang lagi di atasmu. Kau akan menduduki jabatan paling tinggi, yaitu raja. Kau mengenakan topi putih, sebagai tanda kau akan bertanggung jawab akan nasib rakyat jelata. Kau memegang kecapi dua belas tali di tangan, karena kau akan menjadi raja keduabelas di kerajaan ini. Kau masuk ke sumur di kuil Chon Gwan sebagai tanda kau bahagia masuk ke istana,” jelas Yo San panjang lebar.
"Bagaimana mungkin aku bisa menjadi raja?" tanya Kim Kyong Sin heran. "Kim Chu Won adalah calon pewaris tahta yang pertama. Tahta tidak mungkin langsung diberikan kepadaku,” ujar Kim Kyong Sin lagi.
“Dewi Air akan menolongmu dengan arus air dari utara. Dewi Air menyukaimu, karena kau baik dan memerhatikan kebersihan sungai-sungai di kerajaan ini,” kata Yo San lagi.
Mendengar ucapan Yo San, Kim Kyong Sin kembali bersemangat. Ia kembali bekerja seperti biasa. Sampai suatu hari, Raja Sun Duk Wang yang telah tua meninggal dunia.
Baca Juga: Dongeng Anak: Liam yang Beruntung #MendongenguntukCerdas