Namun, kata mudik mengalami perubahan makna. Jika sebelumnya berarti pergi ke hulu sungai, kini bermakna pergi ke kampung.
Mengapa begitu? Diketahui bahwa hulu sungai atau pedalaman dianggap identik dengan kampung asal atau kampung halaman.
O iya, kampung asal atau tempat asal ini tidak hanya merujuk pada wilayah desa, melainkan juga wilayah kita.
Kata 'Mudik' sendiri adalah singkatan dari kata Bahasa Jawa yakni 'Mulih Dilik'. Artinya, pulang kampung sebentar.
Sementara itu, ada juga yang mengatakan kalau kata 'Mudik' berasal dari bahasa Betawi yakni 'Menuju Udik'. Artinya, menuju kampung.
Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut 'mereka akan kembali ke udik'.
Akhirnya secara bahasa, kalimat itu kemudian dibuat menjadi lebih sederhana. Kata dari 'udik' menjadi 'mudik'.
Awal Mula Mudik Jadi Tradisi Lebaran
Tradisi mudik ini ternyata diketahui sudah dilakukan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.
Pada era itu, wilayah kekuasaan Majapahit membentang luas hingga ke Semenanjung Malaya dan Sri Lanka.
Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.
Suatu ketika, pejabat itu akan balik ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.
Baca Juga: 5 Tips Puasa Lancar saat Perjalanan Mudik, Perhatikan Stamina dan Waktu Keberangkatan