“Adik-adik, ayo, cepat masuk rumah lagi,” kata si anak pertama pada kedua adiknya.
Sang Ibu memerhatikan ketiga anaknya dari jauh dengan agak cemas. Namun ia ingin sekali membawa bunga untuk makam suaminya. Maka, ia pun pergi dengan hati gelisah.
Baru saja sang Ibu pergi, raksasa tua yang diceritakan sang Ibu tadi, datang ke rumah ketiga anak itu. Ia mengetuk pintu dan berkata, “Anak-anak, ibumu sudah kembali.”
“Kalau kau ibu kami, tunjukkan tanganmu!” kata ketiga anak itu.
Raksasa tua itu menuruti perintah mereka, dan menunjukan tangannya. Ketiga anak itu bergantian mengintip di lubang kecil di pintu. Tampak sebuah tangan yang berbulu-bulu tebal dan kasar.
“Tangan ibu kami kecil dan halus. Tidak berbulu seperti itu. Kau pasti raksasa tua jahat,” kata anak-anak itu.
Raksasa tua itu segera pergi dari rumah itu. Ia mencari alat cukur, lalu mencukur habis semua bulu-bulu di tangannya. Ia juga mengambil tepung gandum, dan menggosok ke tangannya. Lalu ia kembali ke rumah ketiga anak itu.
“Sekarang ibumu sudah kembali,” kata raksasa tua itu di depan pintu.
“Kalau kau ibu kami, tunjukkan tanganmu!” kata ketiga anak itu.
Raksasa itu pun menunjukan tangannya. Dari lubang kecil, ketiga anak itu mengintip. Mereka melihat tangan yang tidak berbulu dan berkulit putih. Persis seperti tangan ibu mereka. Namun, napas raksasa jahat itu sangat bau. Suaranya pun sangat besar seperti suara beruang.
“Suara ibu kami lebih halus daripada suaramu,” kata anak-anak itu.
Baca Juga: Dongeng Anak: Dua Orang Sahabat #MendongenguntukCerdas