Bobo.id - Teman-teman, tahukah kamu bahwa sebenarnya matahari juga mengalami fase atau siklus tertentu?
Dilansir dari Live Science, setiap 11 tahun atau lebih, medan magnet Matahari terjerat yang awalnya saling berhubungan, kemudian terputus menjadi kutub utara dan selatan.
Akibat aktivitas ini, muncullah gumpalan plasma berapi-api yang membentuk bintik gelap pada Matahari.
Sebutan untuk fenomena periode peningkatan aktivitas matahari ini yaitu Maksimum Matahari (solar maximum).
Maksimum Matahari dapat memberikan dampak terjadinya badai matahari, yang mengganggu kehidupan di Bumi.
Para ilmuwan meneliti, siklus matahari akan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2023.
Nah, kali ini Bobo akan mengajak teman-teman mencari tahu informasi mengenai fenomena Maksimum Matahari dan dampaknya bagi Bumi.
Yuk, simak!
Penyebab Maksimum Matahari
Seperti yang telah disebutkan, setiap 11 tahun, Matahari akan mengalami siklus dari titik rendah aktivitas Matahari (Minimum Matahari) menjadi Maksimum Matahari.
Para astronom telah mencatat pola siklus ini sejak tahun 1755 sampai 1766. Kemudian memberinya nama Solar Cycle 1.
Baca Juga: Apakah Fenomena Puncak Hujan Meteor Perseid Bisa Disaksikan di Indonesia?
Menurut NASA, siklus Matahari yang terjadi pada periode ini disebut Solar Cycle 25.
Jika pada fenomena Minimum Matahari, medan magnet Matahari berada pada kondisi kuat dan teratur, dengan dua kutub yang jelas.
Semakin hari, medan magnet Matahari berangsur-angsur melemah, sehingga aktivitas Matahari semakin meningkat.
Ketika aktivitas Matahari meningkat, maka akan melepaskan kilatan cahaya dan radiasi terang yang dikenal sebagai jilatan api matahari.
Sementara pada saat fenomena Minimum Matahari terjadi, maka hampir sama sekali tidak ada bintik matahari yang muncul.
Menurut para peneliti NASA dan NOAA, pada Januari 2023, ada dua kali lebih banyak bintik matahari yang muncul.
Selain itu, fenomena Maksimum Matahari dapat ditandai dengan jumlah dan intensitas semburan matahari.
Dampak Maksimum Matahari
Ketika siklus Matahari berada pada aktivitas puncak, maka dapat berisiko buruk bagi komunikasi di Bumi, terutama berjalannya satelit.
Misalnya, Maksimum Matahari memicu badai geomagnetik terkuat dalam enam tahun, sehingga membentuk aurora berukuran besar yang terlihat di 30 negara bagian Amerika Serikat.
Badai geomagnetik ini juga menyebabkan suhu di lapisan termosfer Bumi mencapai puncaknya dalam 20 tahun.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Asteroid Besar Ada di Dekat Bumi, Berbahayakah?
Ini juga menyebabkan pusaran kutub yang sangat besar atau cincin api, berputar mengelilingi kutub utara matahari selama lebih dari 8 jam.
Dilansir dari space.com, Maksimum Matahari menyebabkan pemadaman radio di Bumi, karena energi elektromagnetik mengganggu atmosfer Bumi.
Gangguan ini kemudian kita kesulitan menerima sinyal komunikasi dan membahayakan astronaut di luar angkasa.
Selama badai geomagnetik, astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional berupaya untuk melindungi diri, sehingga aktivitas harus dihentikan sementara.
Nah, itulah fakta mengenai fenomena terjadinya siklus Matahari yang berada pada aktivitas puncak.
----
Kuis! |
Sejak kapan ilmuwan menyadari terjadinya pola siklus Matahari? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023