Air hujan yang turun ke permukaan batu kapur meresap ke dalam celah-celah dan retakan batu yang ada.
Seiring waktu, air semakin asam karena bereaksi dengan karbon dioksida di udara dan membentuk asam karbonat.
Asam karbonat ini memecah batu kapur, mengikisnya, dan membentuk lubang dan celah yang mendalam.
Proses erosi yang berkepanjangan ini akhirnya membentuk berbagai formasi batu unik yang jadi ciri khas Stone Forest.
Beberapa batu berbentuk seperti pilar yang tinggi, sementara yang lain menyerupai hewan dan objek lain.
Proses ini sangat mirip dengan pembentukan stalaktit dan stalagmit di gua-gua yang juga banyak ditemukan di Indonesia.
Hanya saja di Stone Forest ini pembentukannya terjadi di permukaan tanah terbuka 400 km persegi.
Bentuk Batunya Bisa Berubah
Meski batuan besar di Stone Forest terlihat kokoh, proses geologis bisa membuat batuan di sana berubah, lo.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perubahan adalah erosi akibat air hujan yang meresap ke batuan.
Proses ini dapat mengikis batu kapur dan membentuk lubang atau celah yang lebih besar dari waktu ke waktu.
Seiring berjalannya waktu, erosi air ini bisa menciptakan bentuk batuan di Stone Forest menjadi terlihat berbeda.
Baca Juga: Fenomena Alam Mata Air Panas di Beppu, Apa Saja Keunikannya?