Tanpa adanya panas dan tekanan fusi ke luar, maka sebuah bintang itu akan runtuh dengan sendirinya, lo.
Selama keruntuhan ini, tekanan pada inti menjadi begitu kuat sehingga sisa helium akan melepaskan energi.
Kemudian, atmosfer luar bintang mengembang dan berubah kemerahan dan menciptakan raksasa merah.
Akhirnya, bintang melepaskan atmosfer menggembung ini dan meninggalkan objek padat yakni katai putih.
Perlu diketahui, sekitar 97% bintang di Bimasakti, termasuk Matahari ditakdirkan menjadi katai putih.
Sementara untuk bintang yang massanya 8 kali atau lebih massa Matahari, terdapat proses kematian berbeda.
Bintang masif ini hanya membentuk sekitar 3% dari bintang-bintang di Bimasakti, namun dampaknya serius.
Yap, bintang ini menggabungkan unsur berat di intinya sehingga tidak dapat menahan gravitasinya.
Hasilnya adalah ledakan besar atau supernova. Inti bintang itu hidup jadi bintang neutron atau lubang hitam.
Bersumber dari Live Science, pengamatan supernova terakhir yang tercatat di Bimasakti terjadi pada 1604.
Namun, para astronom memperkirakan bahwa supernova terjadi sekali atau dua kali dalam satu abad di galaksi.
Baca Juga: Mengenal Katai Cokelat, Bintang Gagal yang Bentuknya Menyerupai Planet