Bobo.id - Pada materi Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka kelas 6 SD, kita akan belajar tentang laporan hasil pengamatan.
Ketika kita berkunjung ke suatu tempat, tak jarang guru menugaskan kita membuat laporan. Itulah laporan hasil pengamatan!
Laporan hasil pengamatan adalah teks yang berisi penjabaran umum atau laporan hasil dari pengamatan atau observasi.
Teks ini biasanya ditulis secara lengkap dan ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.
Struktur dari teks laporan hasil pengamatan adalah: pernyataan umum/klasifikasi, aspek yang dilaporkan, simpulan.
Untuk makin memahami tentang laporan hasil pengamatan, kita baca teks "Museum Manusia Purba Sangiran", yuk!
Membaca Hasil Pengamatan
Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Sangiran adalah museum yang menggambarkan kisah manusia purba yang ditemukan di situs penggalian arkeologi Sangiran. Situs ini terletak di Kabupaten Sragen, sekitar 17 kilometer dari Kota Solo, Jawa Tengah. Fosil-fosil binatang, manusia purba, dan artefak yang ditemukan di Sangiran berusia 1,8 juta tahun yang lalu hingga 150.000 tahun yang lalu.
Museum Sangiran memiliki tiga ruang pamer, satu ruang audio visual untuk menonton film sejarah manusia Jawa dan lokasi lahar purba yang memuat lapisan-lapisan tanah yang berusia jutaan tahun.
Di ruang pamer satu dipamerkan fosil-fosil manusia purba dan binatang yang ditemukan di situs Sangiran. Koleksi situs Sangiran lebih dari 13.000 fosil. Koleksi yang dipajang di museum hanya sekitar 30% dari seluruh penemuan di situs tersebut. Museum Sangiran mempunyai ciri khas sebagai museum yang dinamis dan saintifik, bukan museum yang statis. Setiap hari ada temuan baru di situs Sangiran. Setiap dua minggu sekali, temuan-temuan baru tersebut dipamerkan.
Ruang pamer dua berisi urut-urutan kehidupan manusia mulai dari manusia purba sampai dengan manusia modern. Di ruang kedua ini, kita bisa melihat audio visual yang memperlihatkan proses terjadinya alam semesta, mulai dari big bang, awal kehidupan, evolusi, dan migrasi. Penelitian manusia purba di Indonesia yang dipelopori oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, dan dilanjutkan oleh G.H.R. Von Koeningswald yang melakukan penelitian pada akhir tahun 1930-an. Di ruang ini juga terdapat diorama situs penggalian untuk menunjukkan cara kerja para ilmuwan mencari fosil dan artefak.
Ruang pamer ketiga berisi patung replika kehidupan manusia zaman Homo Erectus pada masa kejayaannya. Dalam diorama yang megah, manusia purba digambarkan hidup bersama dengan berbagai hewan purba baik hewan darat maupun hewan laut seperti gajah purba, buaya, kerbau, ikan, dan kepiting. Dengan bantuan komputer, para ilmuwan bisa merekonstruksi wajah dan figur manusia purba berdasarkan temuan fosil dan artefak.
Baca Juga: 6 Ciri Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi, Materi Bahasa Indonesia