Burung Biru

By Sylvana Toemon, Selasa, 3 April 2018 | 08:00 WIB
Burung biru (Sylvana Toemon)

“Hmm... aku akan memanggil hewan-hewan hutan untuk membantu. Mereka semua juga tidak suka pada si Pemburu yang kejam. Mereka pasti mau membantu!” Burung Biru lalu terbang keluar.

Pemburu yang masih bersembunyi di balik pintu, mendengar rencana itu. Ia pun menyusun rencana jahat. Ia mulai mencari mantra sihir untuk mencelakakan Lilian dan Juru Panah.

Dengan segera rencana pelarian Lilian sudah matang. Tupai-tupai sahabat Burung Biru mulai menjalin akar gantung pohon menjadi tali yang kuat. Burung-burung parkit mengirimkan pesan berantai kepada Juru Panah untuk menunggu Lilian di pinggir Danau Putih pada Malam Purnama.

Akhirnya Malam Purnama tiba. Juru Panah menerima surat berantai dari sekelompok burung parkit. Saat itu, kebetulan pertempuran sudah selesai. Para juru panah sedang bersiap-siap pulang. Tanpa membuang waktu, Juru Panah itu berlari cepat menuju Danau Putih yang cukup jauh letaknya.

Sementara Juru Panah berlari, Burung Biru bersama binatang-binatang lain menaikkan tali akar yang panjang itu ke puncak menara. Pada saat yang sama, Pemburu baru saja selesai membaca mantera sihir. Di sisinya ada segelas air untuk membebaskan kutukan mantra itu.

Ketika Lilian melangkahkan kakinya keluar dari menara, kutukan Pemburu yang jahat itu mulai berjalan. Pemanah yang sedang berlari tiba-tiba terjatuh dan tidak bergerak lagi.

Lilian sendiri tiba-tiba menjadi pucat pasi dan tidak punya tenaga untuk lari. Binatang-binatang berusaha membantunya. Musang-musang besar berusaha menahan berat badan Lilian di tali akar. Ular-ular membelit tubuh Lilian dengan lembut, sehingga jika ia terjatuh, ia tak akan terluka.

Akhirnya usaha mereka berhasil. Lilian berhasil diturunkan dari menara. Tapi Lilian sangat pucat dan tidak dapat bersuara. Seluruh binatang merasa bingung.

Tiba-tiba Beruang datang membawa berita. Ia melihat Pemburu di tengah hutan sedang membaca mantera aneh-aneh dari sebuah buku sihir. Saat Pemburu sedang lengah, Beruang berhasil mengambil buku sihir dan segelas air di sisinya.

Segera semua binatang mengelilingi buku sihir. Bapak Burung Hantu yang pintar, mulai membacakan isi buku. Dengan singkat dia menjelaskan apa isi buku sihir itu.

Ternyata Pemburu telah mengutuk Lilian sehingga jika Lilian mencoba melarikan diri, dia akan menjadi pucat, tidak bertenaga, dan bisu. sementara orang yang dia sayangi akan jatuh seketika. Satu-satunya cara untuk menyadarkan mereka berdua adalah meminum habis segelas air murni. Tapi siapapun yang meminumnya akan mati terbakar.

Seluruh penghuni hutan terdiam, termasuk Burung Biru. Namun, lalu ia perlahan-lahan mendekati gelas air murni itu dan meneguk isinya sampai habis.

Semua binatang menyaksikan Burung Biru itu tiba-tiba berubah menjadi burung putih yang bersinar menyilaukan. Lalu hilang menjadi abu putih yang bersinar dan wangi.

Abu itu terbang ditiup angin, menyapu hati Pemburu dan membuatnya sadar akan perbuatan jahatnya. Ia menyesal dan berjanji akan berbuat baik seumur hidupnya.

Abu itu mengenai dada Pemanah yang sedang terbaring di tengah jalan. Dari dadanya keluar sebentuk duri dan Pemanah sadar kembali.

Abu itu juga mengusap pipi Lilian dan membuatnya kembali berwarna. Abu Burung Biru itu terbang ke seluruh dunia menyebarkan cinta dan kebaikan.

Cerita: Pradikha Bestari / Dok. Majalah Bobo