Kurcaci Rolf yang Gagah Berani

By Sylvana Toemon, Senin, 23 April 2018 | 08:00 WIB
Kurcaci Rolf yang gagah berani (Sylvana Toemon)

Lisa adalah gadis kecil yang pandai  melukis. la melukis peri-peri, putri, ksatria, dan kurcaci dengan indah. Lisa sangat sayang pada lukisan-lukisannya. Ia selalu mengajak mereka berbicara saat membersihkan mereka. Di saat Lisa tidur, semua lukisannya itu menjadi hidup. Semua peri, putri, ksatria, dan kurcaci, membalas keramahan Lisa. Mereka memberi Lisa mimpi-mimpi indah dan menyanyikan lagu-lagu indah agar Lisa tidur nyenyak. Setiap pagi, Lisa selalu bangun dengan perasaan segar dan bahagia.

Pada suatu malam, seperti biasa, para peri, putri, ksatria,dan kurcaci keluar dari pigura lukisan. Mereka sangat terkejut ketika tahu Lisa sedang demam tinggi. Mereka tidak bisa memberinya mimpi indah karena Lisa sedang menggigil. Mereka ingin menolong, tetapi tidak ada dokter di antara mereka. Lisa tidak pernah melukiskan dokter.

“Kita harus keluar dari kamar ini untuk mencari dokter!” usul seorang putri bernama Putri Puan. Ksatria Duan setuju.

Namun Kurcaci Rolf berkata, “Kita ini hanya lukisan kecil. Hanya secarik kertas kanvas tipis yang digambari. Kita tidak tahu ada apa di balik pintu itu,” kata Kurcaci Rolf.

Halangan pertama buat mereka adalah pintu kamar yang tinggi. Terpaksa mereka berdiri tumpuk menumpuk. Ksatria Duan duduk tegak di atas Kuda Pion. Putri Puan berdiri di bahunya. Kurcaci Rolf di atas bahu Putri Puan. Peri Tily berdiri paling atas. Ia berusaha terbang, IaIu meraih gagang pintu. Akhirnya, pintu itu terbuka juga. Ksatria Duan dan Kurcaci Rolf segera berangkat menunggang Kuda Pion. Mereka mencari bantuan untuk Lisa. Koridor yang mereka lewati begitu panjang, besar dan sepi. Namun mereka berhasil juga tiba di ujung koridor itu.

Kuda Pion berderap membawa mereka ke sebuah padang rumput berwarna biru.

Kaki Kuda Pion tiba-tiba terbelit rumput itu. Kurcaci Rolf dan Ksatria Duan terlempar dari punggung Kuda Pion. Padang rumput itu sebetulnya permadani tebal di ruang keluarga. Dengan susah payah mereka berjalan kaki melintasi permadani tebal itu. Mereka terkejut melihat tikus yang lari melintas dikejar kucing. Namun, kembali mereka melangkah sampai di tepi permadani. Tiba-tiba, ada suara dari atas menyapa mereka. “Haii, aku tidak pernah melihat kalian. Kalian cari apa?”

Ksatria Duan dan Kurcaci Rolf menengok ke atas. Sinar lampu membuat mata mereka perih. “Kami lukisan dari kamar Lisa. Kami mencari bantuan karena Lisa sedang sakit!” jawab Ksatria Duan.

“Oh! Lisa sakit?” Suara itu semakin dekat. Ternyata itu suara peri yang bersinar sangat terang.

“Aku peri lampu, namaku Lit. Kalau Lisa sakit, kalian harus mencari Ibu!” Lit lalu menjelaskan jalan untuk bertemu Ibu. Ksatria Duan dan Kurcaci Rolf melanjutkan perjalanan sesuai petunjuk Lit. Setelah melewati koridor lagi, mereka tiba di depan kamar Ibu yang terkunci.

“Halo! Kalian mau masuk?” sebuah suara muncul dari atas. “Lit?” Ksatria Duan memanggil.

“Aku bukan Lit. Aku Brit, peri lampu juga. Lit sudah mengirim kabar tentang kalian,” kata suara itu. “Aku bisa terbang dan membukakan pintu. Tapi, masalahnya... pintu itu terkunci. Kuncinya ada di dalam kamar. Kalian harus bisa mengambilkan kuncinya,” lanjut Brit.