Kurcaci Rolf yang Gagah Berani

By Sylvana Toemon, Senin, 23 April 2018 | 08:00 WIB
Kurcaci Rolf yang gagah berani (Sylvana Toemon)

Kurcaci Rolf mendapat ide. Ia memberitahu Ksatria Duan.

“Tidak! Kamu tidak bisa hidup lagi kalau melakukan itu!” Ksatria Duan tidak setuju.

“Kalau aku tidak melakukannya, Lisa bisa meninggal!” kata Kurcaci Rolf.

Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung menjepit hidungnya dan menahan napasnya. Perlahan-lahan warnanya memudar dan tubuhnya menipis. Ia kini menjadi sehelai kanvas dengan gambar Kurcaci Rolf hitam putih. Dengan sedih, Ksatria Duan menyelipkan temannya ke bawah pintu.

Brit, si peri lampu, segera terbang ke gagang pintu dan mengutak-atik lubang kunci. Pluk! Terdengar suara benda terjatuh di atas kanvas. Ksatria Duan menarik kembali kanvas Kurcaci Rolf dan mengambil kunci emas di atasnya. Ia menyodorkannya pada Brit yang dengan segera memutar kunci.

Pintu terbuka.  Ksatria Duan melangkah masuk ke dalam kamar. Tampak Ibu tidur nyenyak di tempat tidur besar. Ksatria Duan memusatkan pikiran untuk masuk ke dalam mimpi Ibu. Berulang kali dia menyampaikan pesan bahwa Lisa sakit. Akhirnya Ibu terbangun juga. Ia tampak heran melihat pintu kamar sudah terbuka, dan kuncinya ada di sebelah luar. Ia lalu bergegas menuju kamar Lisa.

Ksatria Duan bersorak senang. Akan tetapi, ia tampak sedih saat mengangkat kanvas Kurcaci Rolf. Setelah pamitan pada Brit, ia membawa kanvas Kurcaci Rolf pulang.

Hari hampir pagi saat ia tiba di kamar Lisa. Pintunya tidak tertutup. Di dalam, ada Ibu, Dokter, dan Suster yang sibuk merawat Lisa. Berjingkat-jingkat, Ksatria Duan mengembalikan kanvas Kurcaci Rolf ke lukisannya. Ia sedih melihat gambar Kurcaci Rolf yang tetap hitam putih walau lukisan latar belakangnya berwarna-warni. Setelah itu, Ksatria Duan kembali ke lukisannya sendiri.

Lisa sakit selama beberapa hari. Setelah lima hari, Lisa akhirnya bisa duduk di tempat tidurnya. Malam itu Ibu bercerita tentang mimpinya.

“Ksatria yang membawa kabar kalau kamu sakit itu, persis seperti yang ada di lukisanmu, Lisa,” kata Ibu.

Begitu Ibu pergi, Lisa bangun dari tempat tidurnya. Lisa menghampiri lukisan-lukisannya dan mengucapkan terima kasih. “Terima kasih, Putri Puan, Peri Tily, kalian tidak henti-hentinya menyanyikan aku lagu merdu.”

Tangan Lisa membersihkan lukisan Putri Puan dan Peri Tily. “Terima kasih Ksatria Duan dan Kuda Pion. Kalian menempuh perjalanan jauh untuk membangunkan Ibu.” Tangan Lisa juga membersihkan lukisan Ksatria Duan. Terakhir, Lisa pergi ke lukisan Kurcaci Rolf.

“Terima kasih, Kurcaci Rolf. Kamu sangat hebat dan gagah berani.” Lisa mencium gambar Kurcaci Rolf yang hitam putih dengan lembut. Lalu, perlahan-lahan warna-warna kembali muncul di gambar Kurcaci Rolf. Malamnya ketika Lisa sudah tidur, Kurcaci  Rolf bisa hidup lagi! Para peri, putri dan ksatria menyambut Kurcaci Rolf yang gagah berani dengan gembira.

(Cerita: Pradikha Bestari / Dok. Majalah Bobo)