“Jujurlah, Nalam. Karena kebohonganmu, orang yang tak bersalah dipenjara. Ingatlah, jangan hanya rajin membersihkan tubuhmu, tapi kau juga harus rajin membersihkan hatimu…” desis suara itu.
“Tidak! Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya!” bantah Putri Nalam. Dia segera menelan cincin itu untuk menghilangkan barang bukti.
Setelah selesai mandi, Putri Nalam tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya mengeluarkan bau yang tak sedap.
“Padahal aku sudah mencampurkan air mandiku dengan rempah-rempah dan kembang tujuh rupa. Kenapa aku malah menjadi bau?” gumam sang putri dalam hati.
Putri Nalam kembali mandi, namun ia tetap bau. Putri Nalam panik, dia terus berendam di dalam kolam. Dia tak mau keluar kolam walau para dayang memaksanya. Dayang-dayang sangat terkejut mencium bau busuk dari tubuhnya. Tanpa sadar mereka menutup hidungnya.
Karena malu, sang putri kembali menyelam ke dasar kolam. Para dayang sangat cemas. Dengan panik, mereka melaporkan kejadian itu pada Baginda Raja Hulu. Baginda pun bergegas menuju kolam istana.
Sesampainya di kolam istana, Raja tak menemukan Putri Nalam. Yang muncul dari dasar air justru seekor ikan berwarna putih seperti pualam. Sepasang matanya berwarna biru jernih seperti batu safir yang indah. Namun tubuh ikan itu mengeluarkan bau yang sangat amis.
Baginda Raja Hulu sangat sedih. Ditaruhnya ikan itu di dalam kotak kaca di kamarnya. Pada malam harinya, Raja bermimpi bertemu dengan almarhumah istrinya, sang Permaisuri.
“Jangan berduka, suamiku. Semua ini merupakan kehendak Yang Maha Kuasa. Bawalah ikan putih itu di Sungai Pelaju. Biarkan dia hidup di sana. Aku akan selalu menjaganya,”
Setelah berkata demikian, Permaisuri Baginda Raja Hulu menghilang. Raja pun terbangun dari tidurnya.
Keesokan harinya, sang Raja membebaskan Mak Inang dari penjara. Kemudian Raja membawa ikan putih penjelmaan Putri Nalam ke Sungai Pelaju dan melepaskannya di sana.
“Selamat jalan, putriku…” gumam Raja lirih.
Para penduduk negeri itu sering melihat ikan seputih pualam itu di Sungai Pelaju. Mereka menyebut ikan itu Putri Mandi.
(Cerita: Dwi Pujiastuti / Dok. Majalah Bobo)