Sepatu Kanan yang Hilang

By Sylvana Toemon, Kamis, 10 Mei 2018 | 12:00 WIB
Sepatu kanan yang hilang (Sylvana Toemon)

Tuan Restarick seorang petani di desa. Dia memiliki sepasang sepatu bot kesayangan. Sepatu itu selalu dipakainya bekerja di ladang. Anehnya, sudah seminggu ini sepatu kanannya hilang. Tuan Restarick kebingungan. Dia berusaha mencari, tetapi tetap saja sepatu itu tak ditemukan.

Dua minggu kemudian, dengan segan Tuan Restarick memesan sepatu baru pada tukang sepatu. Karena ukuran kaki Tuan Restarick sangat besar, sepatu pesanannya baru selesai dikerjakan minggu berikutnya.

“Kalau begini, aku tak bisa bekerja di ladang!” keluh Tuan Restarick.

Sesampainya di rumah, Tuan Restarick segera berbaring di sofa. Keadaan rumahnya sangat berantakan. Perabotannya berdebu. Banyak barang ditaruh sembarangan. Remah-remah makanan bertebaran. Pakaian bergeletakan. Begitu pula perkakas dapur yang belum sempat dicucinya. Tuan Restarick memang ceroboh.

“Hoaaaah…” Tuan Restarick menguap. Ia mengantuk, lalu tertidur lelap.

Kitik… kitik… Tuan Restarick menggeliat geli. Telapak kakinya digelitiki. Kitik… kitik… hmm, siapa ini? Gumam Tuan Restarick dalam hati. Kitik… kitik… Tuan Restarick terjaga. Dia melihat ke sekelilingnya. Tak ada siapa-siapa.

“Hei, Tuan, ini aku!” terdengar suara berteriak. Tuan Restarick merasa ada yang menarik ujung jempol kakinya. Haaa? Dia terbeliak. Seekor tikus bulu putih berbicara.

“Siapa kamu?!”

“Aku tetangga barumu, aku tinggal di kolong sofa. O, ya, bisakah Tuan tidur tanpa bersuara?”

“Apa maksudmu?”

“Anda mendengkur. Aku dan keluargaku merasa terganggu karena dengkuranmu!”

Tuan Restarick tertegun. Sruuuttt! Sruuuttt! Tuan Restarick mengendus bau tak sedap.

“Bau apa, ini?”

“Ooo, kami sedang bersiap makan siang.”

Makan siang? Tiba-tiba Tuan Restarick merasa perutnya lapar.

“Ah, bagaimana kalau Tuan kuundang datang ke rumah kami? Tapi sebelumnya Tuan harus meminum ramuan ini dulu. Ramuan pengecil tubuh!” ujar si tikus sambil menyodorkan sebotol kecil minuman.

Tanpa berpikir panjang Tuan Restarick segera menenggak ramuan tersebut. Syuuuuut… tubuh Tuan Restarick mengecil seukuran tikus.

“Lo, tubuhku!”

 “Tak apa, Tuan! Ramuan ini hanya bekerja sebentar. Nanti tubuh Tuan akan kembali normal. Sekarang, marilah ikut ke rumahku. Istriku sudah menyiapkan makanan yang lezat.”

Tuan Restarick mengikuti si tikus. Wooow… Tuan Restarick baru menyadari betapa kotor dan berantakan rumahnya. Pakaian, perkakas rumah tangga, remah-remah makanan, semua tampak sangat besar seperti benda-benda raksasa berserakan.

“Nah, itu rumahku!” tunjuk si tikus. Tuan Restarick tertegun. Sebuah sepatu bot tinggi menjulang di hadapannya. Pada sisinya diberi pintu dan jendela. Tampak asap mengepul pada bagian atasnya yang terbuka. Lo… bukankah itu sepatu kanannya yang hilang?

“Mari, Tuan!” si tikus mempersilakan masuk. Tuan Restarick mengikuti dari belakang. Ufff… Tuan Restarick menutup hidung. Ternyata sepatunya yang telah menjadi rumah tikus itu sangat bau.

Di dalam sepatu, keluarga tikus menunggu. Ada Bu Tikus dan tiga ekor anaknya yang masih merah mendecit-decit berisik. Tuan Restarick bergidik jijik.

“Silakan makan!” Bu Tikus menawarkan makanan. Sepiring daging busuk dan sepotong keju berjamur diletakkan di atas meja.

“Aku tak mau memakan makanan itu!” tolak Tuan Restarick.

“Tapi makanan ini kami ambil dari dapurmu! Kau harus memakannya!” Bu Tikus merasa tersinggung.

“Tidaak mauuu!” Tuan Restarick berteriak panik.

Tok! Tok! Tok! Pintu rumah diketuk. Tuan Restarick terjaga dari tidurnya. Ooooh… syukurlah, dia cuma bermimpi! Tuan Restarick membuka pintu. Muncul seorang perempuan tua ramah sambil tersenyum padanya.

“Kejutan! Aku sengaja datang kemari untuk membawakanmu makanan. Aku memasak sup kacang merah lezat kesukaanmu!”

“Ooh, Bibi Helda!” Tuan Restarick menarik napas lega. Perempuan itu adalah bibinya yang tinggal di seberang desa.

“Waaah… rumahmu sangat kotor! Betul-betul ceroboh kau!” seperti biasa Bibi Helda mengomeli Tuan Restarick setiap kali mampir ke rumahnya. Bibi Helda segera membersihkan rumah, menaruh barang-barang di tempatnya.

“Hei, apa ini? Bau sekali!” tanya Bibi Helda saat memeriksa kolong sofa. Dia mengacungkan sebuah sepatu bot tua dan menutup hidungnya.

“Itu sepatu kananku yang hilang!” pekik Tuan Restarick girang.

“Sepatumu berpintu dan berjendela?” tanya Bibi Helda heran.

Tuan Restarick terperangah menatap sepatu kanannya. Ya, sebab sepatu itu berpintu dan berjendela di sisinya. Dan masih ada sisa asap mengepul di bagian atasnya yang terbuka! Cit… cit… cit… Tuan Restarick mendengar suara tikus mendecit. Selintas rombongan keluarga tikus merayap. Lalu hilang di balik lubang tembok di sudut ruangan.

“Tuh, kan, apa kubilang? Kau terlalu jorok! Sampai-sampai kau tak sadar telah bertetangga dengan tikus!” omel Bibi Helda. Tuan Restarick teringat mimpi anehnya barusan. Dia bergegas membersihkan sepatunya dan membantu Bibi Helda merapikan rumah. Uh, jangan sampai mimpi itu terulang!   

(Cerita: Dwi Pujiastuti / Dok. Majalah Bobo)