Pelukis yang Tak Bisa Melukis

By Sylvana Toemon, Rabu, 7 Maret 2018 | 12:00 WIB
Pelukis yang tak bisa melukis (Sylvana Toemon)

Inilah pameran lukisanku yang pertama. Pembukaannya dihadiri beberapa tamu penting di negeri ini. Mereka orang-orang terkenal dan kaya. Mereka memesan lukisanku sampai ludes tak tersisa. Aku memang pelukis yang hebat. Aku pelukis berbakat!

Tadi kulihat Ron datang ke pameran lukisanku. Dia mengucapkan selamat. Ah, tentu Ron hanya pura-pura. Dia pasti iri dengan keberhasilanku. Meski pun Ron pandai melukis sepertiku, tapi dia tak pernah sesukses aku.

Vince terus membaca buku harian itu dari awal sampai selesai. Ternyata Ron adalah adik kandungnya. Namun, ia selalu menganggap Ron sebagai saingannya, bukan sebagai saudaranya.

Ron tinggal di desa. Sedangkan Vince yang kaya raya karena hasil penjualan lukisannya hidup di kota. Sudah bertahun-tahun lamanya Vince tidak pulang ke desa. Tiba-tiba Vince penasaran. Kenapa dia membenci Ron?

Keesokan harinya, Vince meminta Edward, pelayannya, menjemput Ron ke kota. Edward bingung, sebab Vince bahkan tidak suka membicarakan adik kandungnya.

Akhirnya Edward menemui Ron dan menjelaskan kepadanya,

“Tuan Vince amnesia. Saya mohon Tuan Ron bersedia tinggal di rumah Tuan Vince sampai ingatannya pulih.”

Akhirnya Ron datang ke rumah Vince bersama keluarganya. Ron memiliki seorang istri yang manis dan tiga orang anak yang lucu-lucu. Di desa, Ron bekerja sebagai pelukis jalanan. Di samping itu dia mengolah ladang gandum. Ron dan keluarganya tampak sangat sederhana, namun mereka kelihatan bahagia. Sangat jauh berbeda dengan keadaan Vince yang hidup mewah dalam kesendiriannya.

Anak-anak Ron sangat bangga pada Vince. Mereka bilang Paman Vincent pelukis yang hebat. Vince sangat senang bermain dengan keponakan-keponakannya. Kehadiran mereka membuat rumahnya ramai dan ceria.  

Selain itu, Ron dan istrinya ternyata sangat ramah dan menyenangkan. Vince makin tak mengerti. Mengapa dalam diarinya dia menulis bahwa dia sangat membenci Ron?!

Suatu hari, datang Pak Malory ke rumah Vince. Dia penyelenggara pameran lukisan. Dia meminta Vince menyelesaikan beberapa lukisan terakhirnya.

“Bukankah minggu depan kau bakal mengadakan pameran lukisan? Undangan sudah disebar, orang-orang penting di negeri ini akan datang! Cepat selesaikan lukisan-lukisan itu!” pinta Pak Malory setengah memaksa.