"Nanti sore aku akan bicara dengan Bu Siska!" Dora memutuskan.
Rasanya waktu berjalan begitu lama. Dora melatih tanpa semangat. Beberapa gerakan yang keliru yang dilakukan Wati dan Gita didiamkannya saja.
Akhirnya waktu latihan selesai. Dora mengamati dan ternyata kaset tarian itu adalah milik Ratih. "Rupanya ia memang berniat menjadi pelatih. Dipikirnya kemampuannya sudah hebat!" pikir Dora dengan geram. Sekonyong-konyong timbul perasaan tidak suka pada Ratih. Ada rasa ia disaingi.
Anak-anak itu pamitan pulang.
"Ya, sampai hari Sabtu. Jangan lupa, pukul empat tepat!" pesan Bu Siska.
Kini tinggal Dora berdua dengan Bu Siska.
"Maaf, Bu Siska. Saya mengundurkan diri sebagai pelatih. Biarlah Ratih saja yang melatih para penari!" kata Dora dengan wajah murung.
Bu Siska mengusap-usap punggung Dora.
"Tidak, Dora. Kamu tetap melatih mereka. Kamu masih yang terbaik. Cuma, datanglah tepat waktu. Apa kesulitanmu sehingga selalu terlambat? Berikan contoh baik. Kamu punya kemampuan. Jadilah pemimpin yang baik!" kata Bu Siska.
Dora menangis terisak-isak.
"Ibu, untuk apa melatih mereka? Mereka tak percaya padaku. Buktinya mereka mengangkat Ratih sebagai pelatih!" keluh Dora. "Dan Ratih juga bawa kaset tarian."
Ibu Siska tersenyum.