Diuji dengan Mimpi

By Sylvana Toemon, Jumat, 11 Mei 2018 | 05:00 WIB
Diuji dengan Mimpi (Sylvana Toemon)

Tuan Azis sangat kaya. Rumahnya luas dan perlengkapan rumah tangganya sangat mewah. Banyak barang-barang antik di rumahnya. Anaknya ada empat orang dan masing-masing mempunyai kamar sendiri.

Suatu hari pelayan yang dipercaya membersihkan kamar-kamar tidur berhenti. Tuan Azis bermaksud mencari pelayan yang dapat dipercaya. la haruslah seorang yang pandai, jujur, dan rajin.

Pelamar memang banyak, tetapi Tuan Azis menghendaki yang terbaik. Untuk mengetes calon pelayan ia minta bantuan kemenakannya yang cerdik dan bijaksana, yaitu Ahmed.

"Untuk mengetes kerajinan dan keterampilan kerja Paman sendiri yang lakukan. Bila syarat itu sudah dipenuhi aku akan mengetes kejujuran dan kepandaiannya!" kata Ahmed.

Maka Tuan Azis pun melakukan pemilihan tingkat pertama. Akhirnya ada tiga orang yang memenuhi syarat.

Sabtu sore Ahmed datang. Ia meneliti tiga gadis yang memenuhi syarat sebagai pelayan. Nama mereka adalah Zuleha, Rodiah, dan Anidar.

"Nah, kalian pernah mimpi bukan? Kalau mimpi, kita biasanya melihat segala sesuatunya berwarna hitam putih, bukan? Coba masing-masing ceritakan mimpi yang sangat berkesan yang pernah kalian alami," kata Ahmed.

Tuan Azis yang menyaksikan sambil mengerutkan kening. Mengapa Ahmed berkata begitu? Dalam mimpi, segala sesuatunya tampak hitam putih? Setahu Tuan Azis, dalam mimpi, ia melihat segala sesuatu dalam berbagai warna. Namun, ia diam saja.

"Baiklah, kita mulai dengan Zuleha!" kata Ahmed.

"Mimpi yang paling berkesan adalah ketika saya bermimpi bersalaman dengan Ibu Bupati. Beliau tersenyum dan orang-orang menyoraki!" kata Zuleha.

"Bagus! Baju apa yang dikenakan Ibu Bupati?" Tanya Ahmed.

"Hm... baju hitam!" jawab gadis pertama.

Ahmed mengangguk-angguk dan memberi isyarat pada Rodiah.

"Saya bermimpi naik perahu bersama kawan-kawan. Kami memancing ikan dan mendapat ikan yang besar-besar. Tiba-tiba gelombang besar menghantam perahu sehingga terbalik. Untunglah kami semua selamat!" cerita Rodiah.

"Baik, perahu yang kalian naiki warnanya apa?" tanya Ahmed.

Rodiah berpikir sejenak dan menjawab. "Warna putih, Tuan!"

"Baiklah, sekarang giliran Anidar!" kata Ahmed.

"Saya bermimpi berada di taman bunga. Dengan gembira saya memetik bermacam-macam bunga dan merangkainya. Lalu bunga itu saya berikan pada ibu saya yang sedang sakit dan ia pun sembuh," kata Anidar.

"Oh, mimpi yang indah. Apa warna bunga-bunga itu?" tanya Ahmed.

"Ada bunga mawar yang merah, bunga seruni yang putih, bunga matahari yang kuning, dan bunga anggrek yang ungu. Daun-daunnya berwama hijau indah!" jawab Anidar.

Ahmed mengangguk-angguk. Lalu ia berkata, "Nah, saya ingin mengajukan satu pertanyaan lagi. Misalnya suatu hari kalian melihat putra tuan rumah yang berumur enam tahun masuk kamar ibunya dan mengambil uang Rp. 100.000 dari dompet ibunya. Apa yang kalian lakukan?"

"Saya akan membiarkannya. Itu urusan majikan. Sebagai pembantu, saya tidak mencampuri urusan tersebut!" kata Zuleha.

Ahmed memberi isyarat agar Rodiah menjawab.

"Anak-anak tidak boleh dibiarkan lancang. Saya akan menegur anak itu lalu menuntunnya menghadap ibunya untuk mengakui kesalahannya!" jawab Rodiah.

Ahmed mengangguk-angguk. Tuan Azis menyaksikan dengan penuh minat.

Kini tiba giliran Anidar.

"Kalau saya melihat peristiwa itu, saya tidak yakin anak itu mencuri. Mungkin saja ia sudah minta pada ibunya. Jadi saya akan bertanya dulu pada ibunya apakah anak itu sudah diberi izin mengambil uang dari dompet. Oh, ya, sebelumnya saya minta maaf dulu pada ibunya, karena sudah mencampuri urusan majikan!" kata Anidar.

Nah, selesailah sudah ujian bagi para calon pelayan. Siapakah yang terpilih menjadi pelayan Tuan Azis? Tentu kalian bisa menerkanya.

Yang terpilih adalah Anidar. Ia lebih pandai daripada kedua calon yang lain, ia tahu pasti bahwa dalam mimpi kita melihat warna. Ia tidak terpengaruh walaupun Ahmed mengatakan dalam mimpi seolah-olah kita hanya melihat warna hitam putih.

Anidar juga berhati-hati. la tidak bermasa bodoh seperti Zuleha dan juga tidak sembarangan mengambil kesimpulan bahwa anak majikannya mencuri uang ibunya.

Tuan Azis sangat senang dan berterima kasih pada keponakannya, Ahmed.

Bagaimana bila kalian kebetulan salah terka? Oh, mudah saja. Nanti malam, buktikan bahwa di dalam mimpi, kalian seolah-olah melihat warna.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.