Kucing yang Selalu Lapar

By Sylvana Toemon, Minggu, 11 Maret 2018 | 10:00 WIB
Kucing yang Selalu Lapar (Sylvana Toemon)

Kucing siapa? Kiki tertegun. Dalam benak gadis kecil itu tak terbayang pemilik kucing yang selalu membuat ulah itu. Kalau tidak berhasil mencuri di tempat Tante Sali, pasti ia beroperasi di rumah sebelah lagi.

"Punya siapa, Tante?" tanya Kiki cepat-cepat sebelum Tante Sali berlalu.

"Tidak tahu. Kucing liar mungkin," jawab Tante Sali sambil membalikkan badan. Tetapi kemudian dia berbalik lagi. Lalu menjulurkan kepalanya melewati pagar.

"Kiki," panggilnya. "Kenapa tidak main ke rumah Tante? Ayo, anak manis, kok tahan sendirian di rumah! Molly belakangan ini kesepian tidak ketemu Kiki."

Kiki menggeleng. Lalu menutup jendela cepat-cepat sebelum tante yang gemuk itu mendesaknya bermain ke situ. Rupanya Tante Sali tidak tahu bahwa Kiki lagi marah pada Molly, anjingnya itu. Kiki sebal Molly mau seenaknya saja. Kalau ia lagi ingin main, Kiki diber-bernya. Coba kalau lagi malas, Molly tidak mempedulikannya!

Lebih baik bermain dengan si Putih saja! gerutu Kiki dalam hati. Si Putih...

"Ngeong ... ngeong ...."

Kiki segera berlari ke luar. Beberapa anak laki-laki sedang menghajar si Putih di rumah sebelah. Ada yang menendang, memukul pakai sapu, dan menarik-narik ekornya. Kucing itu hanya bias mengeong-ngeong kesakitan. Beberapa kali ia mencoba melarikan diri, tetapi tertangkap kembali.

Tante Sali menyaksikan itu dengan senang sekali. Bahkan ia menyemangati anak-anak itu. Sedang Kiki yang berdiri di sebelahnya berurai air mata. Hatinya yang polos dan lembut tak bisa menerima tindakan semena-mena itu.

Ketika Ibu pulang dari bekerja, Kiki mengadu sambil terisak-isak. Ibu menenangkan anak satu-satunya itu dan berjanji, "Kalau Nyonya masak daging, nanti Ibu bawa tulang-tulangnya pulang. Untuk kucing pencuri itu. Biar ia tidak lapar. Biar tidak mencuri lagi."

Ibu bekerja jadi pembantu di rumah Nyonya Maria. Sejak masih gadis Ibu sudah bekerja di sana. Ibu berhenti bekerja ketika menikah dengan bapak Kiki. Setelah suaminya meninggal, Ibu bekerja kembali di sana.

Ketika tahu Ibu sering membawa pulang tulang-tulang ikan untuk kucing, Nyonya Maria malah memberi daging untuk Kiki. Nyonya Maria maklum keluarga kecil itu tentu jarang makan daging.