Tante Ning dan Ibu tertawa. "Angka bebek adalah angka dua, sedangkan telur adalah angka nol!" Tante Ning menjelaskan.
"Jadi kesimpulannya IQ rendah bukan masalah. Yang penting kita berusaha sebaik mungkin dan jadi orang baik. Dan IQ juga bisa berubah, Io, kalau kita banyak menambah pengetahuan dan mau belajar. Anak tetangga sebelah waktu kelas 3 SD di tes IQ-nya 108, waktu kelas 6 dites lagi sudah menjadi 117," sambung Tante Ning.
Hati Mia terhibur. Wajahnya mulai cerah lagi.
"Wah, keasyikan cerita, pudingnya, kok, belum dicoba. Saya undang tamu, kan, supaya puding ini dicoba dan dikritik. Kalau rasanya sudah cocok, baru mau dipasarkan!" kata Tante Ning. "Baiknya ditambah es sedikit lagi, biar lebih enak!"
Kemudian Ibu dan Mia asyik menikmati puding yang lezat.
"Bagaimana?" tanya Tante Ning.
Ibu mengacungkan ibu jari. Dan Mia menjawab, "Enak, Tante, cuma ada sesuatu yang kurang."
"Oooh, kurang apa, Mia? Bilang saja terus terang, nanti akan Tante perbaiki!" tanya Tante Ning.
"Anu, kurang banyak, Tante!" jawab Mia, lalu tertawa. Ibu dan Tante Ning juga tertawa.
"Oh, kalau itu sih gampang. Tambah saja, masih banyak, kok persediaan," kata Tante Ning senang, lalu mengeluarkan persediaan puding lagi dari kulkas.
Ibu tersenyum bahagia dan mengusap matanya. Mia sudah kembali menjadi Mia yang ceria. Satu persoalan yang memberatkan hatinya beberapa hari ini sudah diselesaikan.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.