Monita dan Bibi Jorok

By Sylvana Toemon, Senin, 2 April 2018 | 10:00 WIB
Monita dan bibi jorok (Sylvana Toemon)

Si Tengah mengangkatnya dan menghardik, "Kucing nakal, kau harus membantuku membuat kue serabi untuk persediaan seminggu!"

Astaga, kue serabi dibuat untuk seminggu! Berarti selama ini ia dan teman-temannya telah memakan kue yang telah basi! Kucing Monita menggerutu. Ketika adonan kue siap dipanggang, ia menumpahkannya ke dalam perapian.

Bukan main marahnya si Tengah. Diputar-putarnya Kucing Monita, lalu dilemparkan ke pintu dapur. Si Bungsu memungutnya sembari berkata, "Bersikap manislah padaku! Kuberi kau gula-gula cokelat buatanku."

Kucing Monita melihat kedua tangan si Bungsu berlumpur. Ternyata si Bungsu sama jorok dengan kakak-kakak dan ibunya. Diam-diam Kucing Monita menyeret kantong-kantong gula dan membuangnya ke bak sampan. Lalu, ia merobek-robek plastik bubuk coklat dan menaburkannya ke lantai.

Si Bungsu sangat gusar memergoki kelakuan Kucing Monita. la menyeret kucing itu ke hadapan ibunya.

"Kucing ini memorakporandakan dagangan kita. Ibu tak bisa berjualan selama seminggu," adu si Bungsu. Tak terkirakan marahnya Bibi Jorok.

"Enyahlah kau, Kucing Busuk!" teriaknya sambil menendang Kucing Monita sekeras-kerasnya sampai ia kembali ke halaman rumahnya.

Ibu Monita membuka pintu dan mengangkat kucing itu dari halaman. "Ke manakah kau bermain seharian?" tanyanya.

Kucing Monita mengeong. Ibu melihat bulu-bulu kucing itu kotor kena air santan, gula merah, dan serbuk cokelat.

Bertanya Ibu dengan khawatir, “Apakah kau pergi ke rumah Bibi Jorok?"

Kucing Monita mengeong lagi. Ibu menciumi mulutnya, kemudian berseru gembira, "Syukurlah kau tak mencicipi makanan Bibi Jorok, kau telah kembali menjadi gadis kecilku yang tabah!"

Sekejap setelah perkataan ibu Monita, kucing itu kembali berubah menjadi gadis kecil yang manis. Gadis kecil itu sangat bahagia dan menciumi ibunya. Sejak kejadian itu Monita tak lagi mudah tergoda oleh makanan-makanan tak bersih yang dijual di jalanan. Pada hari Senin berikutnya ia pulang sekolah tanpa bechenti di depan warung mana pun.

Di pikirannya hanya terbayang makanan sehat dan bergizi yang telah disediakan Ibu di rumah.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D