Oh, Lala!

By Sylvana Toemon, Rabu, 11 April 2018 | 05:00 WIB
Oh Lala (Sylvana Toemon)

Setiap tahun pada bulan April, Lala mulai menghitung-hitung hari, menanti kepulangan pamannya, Paman Win. Paman Win adalah seorang dokter muda yang bertugas di sebuah pulau "yang jauuuh sekali, kecil dan terpencil, tapi indah," kata Paman Win. Setiap pulang Paman Win selalu membawa oleh-oleh untuknya. Hm, memang oleh-oleh itulah yang terutama ditunggu-tunggu Lala.

Tahun ini kepulangan Paman Win seminggu lebih awal dari biasanya. Paman Win jatuh sakit, karena itu ia dikirim pulang secepatnya. Dengan demikian, kepulangan Paman Win kali ini tanpa oleh-oleh. Sehingga bagi Lala, yang selalu mengharapkan oleh-oleh, kepulangan Paman Win jadi tak menyenangkan. Malah sekarang, kepulangannya merepotkan semua orang di rumah.

Papa dan Mama setiap hari menengok Paman Win di rumah Nenek. Bi Rah selalu sibuk memasak makanan khusus buatnya. Tak ketinggalan kedua kakak Lala pun hampir sepanjang hari menghabiskan waktunya di rumah Nenek. Alasan mereka, "Menemani Paman Win."

Huh, tak ada seorang pun yang memerhatikan dia, si anak bungsu! Setiap hari Lala jadi uring-uringan. Suatu hari ia mengeluh kepada Mama, "Kapan, sih, Paman sembuh, Ma?"

"Entahlah," jawab Mama sedih. "Paman sakit parah, La."

"Kenapa Paman Win sakit?" tanya Lala lagi.

"Paman Win terlalu capek,"jelas Mama. "Terus-terusan bekerja. Dia tak memerhatikan kesehatannya."

"Tapi Paman, kan, dokter, Ma!"

Mama mengangguk sambil menjelaskan, "Dokter juga bisa sakit. Siapa pun bisa dan mudah diserang penyakit bila kondisinya lemah."

"Maksud Lala," ujar Lala agak kesal. "Paman, kan, bisa merawat dirinya sendiri."

"Astaga!" Mama terkejut. "Lala, dengar! Seorang dokter pun, bila sakit, membutuhkan orang lain untuk merawatnya!"

"Maksud Lala…," Lala menjadi ragu-ragu setelah mendengar ucapan mamanya yang tegas. "Kalau Paman bisa mengurus dirinya sendiri, Mama dan yang Iain-Iain tentu tak repot. Gara-gara Paman sakit, semua orang jadi sibuk. Tak ada yang memerhatikanku!"