Oh, Lala!

By Sylvana Toemon, Rabu, 11 April 2018 | 05:00 WIB
Oh Lala (Sylvana Toemon)

"Kami tetap memerhatikanmu!" tukas Mama dengan tajam. "Cuma kali ini pamanmu yang sakit membutuhkan lebih banyak perhatian daripada kamu yang sehat," ujar Mama lagi dengan lebih halus. "Selamanya kami sayang, padamu, La. Karena itu tak akan kami biarkan engkau memiliki sifat mementingkan diri sendiri."

Lala jadi kikuk ditegur begitu. Ia hanya menunduk dalam-dalam. Dan ketika Mama lengah, segera ia meninggalkan ruang makan menuju kamarnya. Lalu menutup rapat-rapat pintu kamarnya.

Berhari-hari Lala merasa kasihan kepada dirinya sendiri. Paman Win telah merampas seluruh perhatian yang selama ini tertumpah untuknya. Karena itu ia berusaha menarik perhatian dengan cara-cara yang malah menjengkelkan keluarganya. Kadang-kadang ia merengek minta ini itu pada Mama, sering kali pula ia menggangu Bi Rah di dapur. Lala pun pernah dengan berani menyembunyikan kunci mobil papanya sehingga Papa tidak bisa pergi ke mana-mana. Akibatnya, semua marah padanya!

Sampai suatu hari Lala kena batunya! la bertengkar dengan kakak laki-lakinya. Lala meminta kakaknya membantunya membuat pekerjaan rumah, sementara saat itu si kakak sedang sibuk membuat sebuah seruling. Kakaknya menyuruhnya menunggu, tetapi Lala mengganggu terus.

"Kamu tidak boleh memaksakan kehendakmu!" kakaknya menjadi berang. "Lihat, aku lagi sibuk! Seruling ini harus selesai secepatnya!"

"Seruling jelek!"

"Biar!" sahut kakaknya acuh tak acuh. "Ini seruling terbaik yang pernah aku buat. Yang ini akan kuberikan untuk Paman Win."

"Segala-galanya untuk Paman Win!"

"Tentu saja, Lala judes!" balas si kakak. "Aku, kan, tidak seperti kamu yang hanya memikirkan diri sendiri!"

"Kakak yang judes!" Lala menjerit marah. "Kamu kakak yang judes!" Lala menghambur ke pelukan Mama yang buru-buru datang. la menangis. Mama mengatakan bahwa ia mementingkan diri sendiri, sekarang kakaknya pun mengatakan demikian. Benarkah ia berkelakuan buruk begitu?

"Apa yang bisa kuberikan untuk Paman?" tanyanya kepada Mama di sela-sela isak tangisnya. "Aku tak mau jadi anak judes."

Mama jadi geli mendengamya. "Tak ada," jawab Mama kemudian setelah mampu menahan tawanya. "Kalau memberi hadiah yang kamu maksud."

"Apa yang bisa kulakukan?" tanyanya bersikeras. "Aku juga sayang pada Paman."

"Ikutlah menjenguk sore ini!" ajak Mama. "Kita lihat di sana, apa yang bisa kaulakukan untuk Paman."

Jadi, sore itu Lala ikut keluarganya ke rumah Nenek. Ia membawa beberapa buku ceritanya yang setahunya Paman Win belum baca. Temyata karena Paman Win harus berbaring terus, Lala yang membacakan buku-buku itu. Betapa senangnya Lala, karena ada yang bisa dilakukannya untuk Paman. Lala membaca sampai Paman tertidur pulas. Dan sampai ia jatuh tertidur pula.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D