Pelajaran Mengarang

By Sylvana Toemon, Rabu, 25 April 2018 | 05:00 WIB
Pelajaran Mengarang (Sylvana Toemon)

"Tidak apa-apa. hanya sekedar ingin tahu saja. Kalau kamu tidak mau bantu tidak apa. Aku bisa cari tahu sendiri!"kata Banu.

"Ya, ya, aku tanyakan. Jangan khawatir," kata Anita. Tiba-tiba Anita ingat bahwa dia sering menumpang mobil Banu kalau perlu olahraga. Tidak enak, kan, kalau diminta tolong sedikit tidak mau.

Ternyata Hardi mau menulis tentang kucing, karena di rumahya ia memelihara kucing. Menurut Anita umumnya anak-anak mau menulis tentang anjing atau ayam. Banu berpikir, "Aku harus menulis tentang kucing juga. Dan juga harus sesuatu yang khas."

Sayang, sampai hari terakhir Banu belum mendapat ide yang bagus. Paling-paling ia pernah melihat kucing sedang duduk termenung atau berkeliaran di tempat sampah. "Lebih baik tulis tentang kura-kura saja. Lebih mudah!" pikir Banu sambil memandang kura-kura yang ada di kolam kecil di taman. Tapi keinginan untuk bersaing dengan Hardi lebih kuat.

Esok harinya suasana kelas 5C menjadi meriah. Satu demi satu membacakan karangannya. Banyak yang biasa-biasa saja. Ada juga yang lumayan. Akhirnya tinggal giliran Hardi dan Banu. Banu lebih dahulu membacakan karangannya:

Hewan satu ini rupanya seperti harimau, tapi ia tidak mengaum. Tubuhnya jauh lebih kecil. Dia adalah seekor kucing. Kucing suka makan ikan asin. Orang selalu mengatakan bahwa kucing dan tikus bermusuhan. Memang, demikian kenyataannya. Kucing akan selalu mengejar tikus. Bila tikus berhasil ditangkapnya, ia akan menikmatinya bersama kawan-kawannya...

Berikutnya giliran Hardi: Kami mempunyai beberapa ekor kucing di rumah. Sangat menarik untuk mengamati tingkah laku mereka.

Kucing juga mengenal rasa persaudaraan. Bila salah seekor saudaranya bepergian untuk waktu agak lama, pada waktu kembali ia akan disambut oleh saudara-saudaranya.

Tapi, kucing juga sangat egois dalam urusan dengan tikus. Bila ia berhasil menangkap tikus, ia akan sangat marah bila kucing lain minta bagian. Kalau tikusnya besar dan ia tak sanggup menghabiskannya sendiri, barulah ia mau membagi mangsanya itu...

Anak-anak bertepuk tangan. Tiba-tiba Anita menunjuk tangan dan berkata, "Menurut Banu kucing akan menikmati tikus bersama kawan-kawannya. Menurut Hardi sebaliknya. Mana yang benar?"

Suasana kelas menjadi riuh. Anak-anak sibuk bercakap-cakap dengan sesama kawannya. Pak Awang menenangkan kelas. "Pertanyaan Anita sangat bagus. Dalam mengarang tentang hewan kita tuliskan fakta, karena kita bermaksud memberikan informasi pada orang lain, jadi tentunya kita tidak menulis bahwa ayam itu bersisik atau singa suka apel. Dalam mengarang juga perlu kejujuran. Baiklah kita tanyakan pada si penulis."

Hardi mengangkat tangan dan berkata, "Saya sudah lama memelihara kucing. Saya mengamati sifat-sifatnya dan apa yang saya tulis kenyataannya demikian."

"Baiklah. Kalau Banu bagaimana?" tanya Pak Awang.

"Hm, eh, saya mengaku salah, karena kurang mengamati dengan baik. Mohon maaf, dan ini saya sampaikan sejujurnya. Saya menulis tentang kucing karena tak mau kalah dengan Hardi," Banu menjelaskan.

Pak Awang tersenyum dan berkata, "Bagus, kita hargai kejujuran Banu. Untuk lain kali tulislah sesuatu yang benar-benar kita ketahui. Atau cari tahu dulu, baru menulis," nasihat Pak Awang. "Juga dalam mengarang, kita sama-sama belajar, bukan bersaing untuk memenangkan kejuaraan. Melalui tulisan kita bias menambah pengetahuan orang lain, menghibur atau menjelaskan sesuatu."

Lonceng berbunyi. Pelajaran mengarang berakhir. Anak-anak bukan hanya belajar mengarang, tapi juga belajar tentang pentingnya kejujuran.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna