Rahasia Lemari Rahasia

By Sylvana Toemon, Minggu, 11 Maret 2018 | 05:00 WIB
Rahasia Lemari Rahasia (Sylvana Toemon)

Sekarang Bayu sudah kelas lima. Dia sudah biasa disuruh pergi ke kantor pos untuk mengambil wesel Nek Buyut. Dia juga sudah pandai berdebat dan bercita-cita menjadi wartawan. Dia juga pandai memikirkan strategi untuk mendapatkan keinginannya. Ada satu keinginan Bayu yang belum terpenuhi, yaitu melihat isi lemari ukir di kamar Nek Buyut.

Ketika Bayu berusia lima tahun, Bayu pernah masuk ke kamar Nek Buyut. Waktu itu Nek Buyut masuk ke kamarnya karena mau mengambil KTP-nya yang perlu diperpanjang. Bayu sangat tertarik pada lemari ukir yang tegak di sudut kamar Nek Buyut. Lemari itu berbentuk persegi panjang. Terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Di antara kedua bagian tersebut ada dua buah laci.

"Nek Buyut, buka lemarinya!" rengek Bayu waktu itu.

"Tidak boleh. Bayu masih kecil. Nanti saja kalau sudah besar!" kata Nek Buyut sambil lekas-lekas menggiring Bayu keluar dan mengunci pintu kamarnya. Dia lalu memberikan Bayu sebuah mangga golek untuk mengalihkan perhatian Bayu.

Setelah itu Bayu tak pernah lagi mendapat kesempatan masuk ke kamar Nek Buyut yang selalu terkunci itu.

Nah, Sabtu sore ini Bayu pamit pada ibunya untuk menginap di rumah Nek Buyut. Nek Buyut tinggal dengan si Mbok, pembantunya yang setia.

Di usianya yang hampir 70 tahun, rambut Nek Buyut sudah putih dan giginya sudah ompong. Tetapi, Nek Buyut masih sehat. Berkali-kali Nek Buyut diajak tinggal di rumah anak atau cucunya, tetapi Nek Buyut menolak. Dia lebih suka tinggal berdua dengan si Mbok saja.

Sore itu Bayu bercakap-cakap dengan Nek Buyut sambil nonton TV. Si Mbok menghidangkan kue  dan minuman, yang segera dicicipi Bayu.

Ketika Bayu merasa waktunya sudah tepat, ia mulai bertanya, "Nek Buyut, sudah dapat wesel lagi belum? Kalau sudah, Bayu ambilkan di kantor pos!"

Nek Buyut tertawa, sehingga tampak giginya yang ompong.

"Baru seminggu yang lalu kamu ambilkan wesel Nek Buyut. Ya belum dapat lagi. Biasanya Pak Iwan mengirimkan wesel sebulan sekali. Sudah Nek Buyut kirimkan surat berkali-kali supaya tak usah kirim wesel, tapi masih dikirimi terus. Anak Pak Sasmita itu memang baik!"

"Pak Sasmita itu siapa, sih, Nek Buyut?" tanya Bayu penuh perhatian.