"Nah, itulah Pak Sasmita, sahabat Kek Buyut!" kata Nek Buyut sambil menunjuk foto pria tersebut. "Dulu Kek Buyut berdagang tembakau, sedangkan Pak Sasmita menjadi supir oplet. Sekarang namanya mikrolet. Kek Buyut gemar menonton film. Seminggu bisa tiga kali nonton. Suatu ketika Pak Sasmita mendapat kecelakaan lalu lintas. Tangan dan kakinya cedera. Dua tahun lamanya ia tak bisa menarik oplet. Kek Buyutmu lalu mengurangi hobi nonton filmnya menjadi dua kali sebulan. Setiap Minggu Kek Buyut menengok sahabatnya sambil membawakan uang. Ibu Sasmita juga diberi modal untuk berjualan gado-gado. Sekarang kedua sahabat itu sudah meninggal. Putra Pak Sasmita, Pak Iwan sekarang sudah jadi direktur perusahaan besar. Sejak Kek Buyut meninggal 15 tahun lalu, Pak Iwan setiap bulan selalu mengirim wesel untuk Nek Buyut."
Perasaan Bayu tersentuh. Ternyata lemari rahasia itu benar-benar mengandung rahasia, yaitu rahasia suatu persahabatan. "Begitulah, Bayu. Harta benda akan lenyap, prestasi dunia akan dilupakan. Bintang-bintang olahraga dan seni terus bermunculan. Akan tetapi kebaikan hati dan persahabatan akan menjadi kenangan indah bagi yang mengalaminya. Karena itu berusahalah berbuat baik setiap hari," pesan Nek Buyut, lalu mengunci pintu lemari ukirnya.
"Terima kasih, Nek Buyut," kata Bayu perlahan. "Nek Buyut telah mengajarkan sesuatu yang berharga dalam hidupku. Bahwa persahabatan membutuhkan pengorbanan dan perhatian!"
"Nah, sudah waktunya makan. Ayo, kita minta si Mbok siapkan meja!" kata Nek Buyut.
Mereka lalu keluar kamar meninggalkan lemari ukir yang mengandung rahasia. Rahasia suatu persahabatan.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna