Tiada Maaf Bagimu! Ha, ha, ha!”

By Sylvana Toemon, Kamis, 12 April 2018 | 02:00 WIB
Tiada Maaf Bagimu, Ha Ha Ha! (Sylvana Toemon)

Maka Koko menunggu dengan harap-harap cemas. Apakah ia akan dibelikan sepeda? Atau radio tape? Atau akuarium seperti yang dijanjikan Ayah? Tak lama kemudian mobil Ibu tiba di depan gerbang sekolah. Ibu menyalami dan memeluk Koko.

“Ibu dan Ayah bangga karena kamu menjadi juara tiga!” kata Ibu, lalu menyerahkan sebuah bungkusan.

Breeet! Breeet! Koko segera membuka bungkusan itu. Ibu mengawasi sambil tersenyum. Namun, wajah Koko segera berubah saat melihat isinya. Buku pelajaran bahasa Inggris serta kaset di dalam kantung plastik.

“Terima kasih, Bu. Tolong bawa pulang saja. Koko mau ke rumah Herman!” kata Koko dengan kecewa.

“Tidak lihat dulu, Ko, isinya?” tanya Ibu. Koko menggeleng.

“Nanti malam saja akan Koko lihat buku itu!” kata Koko.

Ibu menggeleng-gelengkan kepala, masuk ke mobil dan pulang.

Di rumah Herman suasana sangat meriah. Ibu Herman sudah menyediakan berbagai hidangan. Koko memandang sepeda-sepeda yang berjejer di ruangan toko di depan rumah Herman. Oooh, walaupun sudah jadi juara III, ternyata memiliki sepeda warna biru masih merupakan impian.

Setelah makan, anak-anak bicara soal tamasya dengan sepeda. Beberapa anak dibelikan sepeda oleh orang tuanya di toko Herman. Koko diam saja. Aneh rasanya. Mereka yang tidak jadi juara dapat hadiah sepeda, sedangkan Koko hanya dapat buku pelajaran bahasa Inggris dengan kasetnya. Ayah Herman yang masuk ke ruangan itu, sekilas memperhatikan anak-anak itu.

“Ko, kenapa murung? Kamu, kan, jadi juara 3. Kalau kurang suka dengan sepeda warna biru yang dibelikan ayahmu, boleh tukar dengan warna lain. Boleh ganti model juga. Tinggal tambah uang sedikit, atau dikurangi sedikit!” kata ayah Herman. Koko tersentak bagaikan disambar petir. Ayahnya membelikan sepeda warna biru?

“Oooh, …eh…tidak, Pak. Terima kasih, aku suka sepeda warna biru!” jawab Koko.

“Kamu ini bagaimana, sih? Punya sepeda baru, kok, maunya dibonceng. Sayang, ya, sama sepeda barunya?” tegur Lina.

Koko menggeleng-gelengkan kepala. Ia langsung pamit untuk pulang.

Di dalam bajaj waktu terasa amat lambat berlalu. Ingin rasanya Koko bisa terbang ke rumah. Setiba di rumah, Koko melihat hadiahnya ada di meja tamu. Koko membuka plastik bungkusan dan mengeluarkan buku pelajaran bahasa Inggris dan kasetnya. Terselip di halaman buku itu tiga helai kwitansi pembelian sepeda, radio tape, dan akuarium.

Koko segera berlari ke salon di samping rumah.

“Ibuuu, terima kasih atas hadiahnya. Kok, banyak sekali?” Koko menghambur dan memeluk Ibu. “Ibu, maaf, ya, tadi sikap Koko tidak pantas!”

“Tiada maaf bagimu. Ha, ha, ha!” jawab Ibu sambil tertawa. “Semua hadiah ada di garasi! Kamu sudah bersusah payah untuk jadi juara, kan?”

Koko segera menelepon ayahnya dan mengucapkan terima kasih. Lalu menelepon Dimas dan Soni untuk memberitahukan berita gembira itu. Ow, indahnya hari itu!

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.