Ketika Bolos Sehari

By Sylvana Toemon, Jumat, 6 April 2018 | 02:00 WIB
Ketika Bolos Sehari (Sylvana Toemon)

"Kemarin ada promosi es krim gratis. Tiap anak dikasih satu. Enak, Io!"

Itok memandang Bayu. "Tiap anak dikasih satu?" tanyanya kurang yakin.

"lya. Tuh, lihat saja! Tempat sampah masih penuh dengan bungkus es krim. Kamu rugi deh, nggak masuk kemarin!" ujar Bayu bersemangat.

Cerita Bayu itu membuat Itok tidak bisa konsentrasi di kelas.

"Ah, coba kemarin aku nggak bolos. Coba kemarin aku nggak pura-pura sakit," sesalnya.

Jam terakhir adalah pelajaran matematika. Itok mengambil buku PR di dalam tasnya. "Kemarin gimana, Ded? Udah dicocokkan semua PR-nya?" tanya Itok pada Dedi yang duduk di sebelahnya.

"Hah? O iya, kamu kemarin nggak masuk, ya? Kemarin, kan, Pak Seno nggak ada, Katanya ada rapat persiapan buat olimpiade matematika tingkat provinsi. Jadi, PR-nya belum diperiksa. Terus jam matematika dikosongkan. Sebagai gantinya, anak-anak diajak nonton film tentang Einstein di aula. Asyik banget filmnya!"

Ooooh,.. Itok menyangga kepalanya dengan kedua tangannya di belakang kepala. Kali ini ia benar-benar gondok. Kemarin, kan, ia pura-pura sakit dan bolos sekolah, hanya untuk menghindari Pak Seno. Eh, ternyata Pak Seno malah tidak masuk juga.

Aduuuh! Kini Itok merasa pusing betulan memikirkan kerugiannya. Tidak ikut renang, tidak ikut makan-makan ditraktir Hanan, tidak dapat es krim... dan tidak ikutan nonton film bareng.

"Padahal aku, kan, cuma bolos sehari. Kenapa jadi ketinggalan banyak hal yang menyenangkan?" sesalnya. "Pokoknya aku kapok! Kapok! Kapoook!" jerit Itok dalam hati.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti.