Tumpeng untuk Nenek Sumirah

By Sylvana Toemon, Kamis, 26 April 2018 | 02:00 WIB
Tumpeng Nenek Sumirah (Sylvana Toemon)

"Nek Sumirah yang menceritakan itu pada Ibu?" tanya Nina. Ibu menggeleng.

"Nek Sumirah tak pemah bercerita. Tapi, bulan lalu ada seorang kakek menanyakan Nek Sumirah pada Pak RT. Kakek itu adalah Pak Ahmadi. la lama tinggal di luar negeri dan bertahun-tahun mencari jejak Nek Sumirah. Pak Ahmadi tahu alamat Nek Sumirah dari seorang teman Nek Sumirah. Nah, Ibu tahu dari Pak RT kalau Nek Sumirah itu ternyata seorang pejuang!"

"Jadi Pak RT minta Ibu membuatkan tumpeng kecil ini?" tanya Nina.

"Kalau aku jadi Nek Sumirah, aku takkan berdiam diri. Aku akan cerita pada orang-orang sekampung. Kan, untung. Bisa-bisa tiap tahun dapat tumpeng!" Ibu dan Mbok Inten tersenyum.

"Bagi Nek Sumirah, merawat para pejuang itu tak perlu dipamer-pamerkan. Tak perlu minta hadiah!" kata Ibu.

"Itu baru namanya pejuang sejati, Non!" tambah Mbok Inten.

"Pak Ahmadi itu selalu ingat budi baik Nek Sumirah. Itu sebabnya ia mau bersusah payah mencarinya!" kata Ibu.

Setelah tumpeng kecil selesai dihias, Ibu menyuruh Nina mengantarkannya ke rumah Nek Sumirah.

Nina masuk ke ruang tamu Nek Sumirah yang kecil. Nek Sumirah sudah berdandan rapi.

"Sampaikan terima kasih Nenek pada ibumu. Sebetulnya tak usah repot-repot. Nenek jadi malu menerima hadiah ini!" kata Nek Sumirah.

"Lo, kok malu, Nek. Kan, Nenek ini pejuang kemerdekaan. Mestinya malah Nenek dapat hadiah yang lebih besar!" kata Nina.

"Walah, walah! Banyak orang yang sudah berjuang untuk kemerdekaan negara kita. Ada yang mengorbankan nyawanya, ada yang cacat akibat pertempuran. Nenek ini hanya membantu sekedar yang Nenek bisa. Tidak patut dibesar-besarkan!" Nenek Sumirah menjelaskan dengan semangat.

Nina senyum tersipu-sipu. Aaah, ternyata Nenek Sumirah seorang yang luar biasa. la begitu rendah hati. la tidak menganggap dirinya penting. Tiba-tiba, Nina merasa dirinya begitu kecil. Ia belum memberikan apa pun untuk bangsa dan negara. Kemudian Nina pamit.

“Terima kasih, ya Nina. Belajarlah yang rajin. Supaya kelak jadi orang yang berguna untuk bangsa dan negara!" pesan Nek Sumirah.

"Ya, Nek!" jawab Nina dengan hormat. Pesan itu terasa sangat berharga karena diucapkan oleh seorang nenek pejuang.

Bagi Nina, Nek Sumirah bukan sekedar penjual nasi uduk. Nek Sumirah patut diteladani. Ia seorang pejuang kemerdekaan yang rendah hati.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.