"Huh, kali ini akan kuberi pelajaran pencuri itu!" kata Eko kesal
Eko membungkus empat buah belimbing dan menggantungkan karton yang ditulis dengan spidol: MENCURI ITU BERDOSA! Seminggu kemudian keempat belimbing lenyap. Dan di karton ada tulisan: LEBIH BAIK NANTI KUGANTI!
Waaah, Eko benar-benar penasaran. Masak sih, sudah tiga kali membungkus belimbing, belum bisa menikmati buah itu juga.
"Sudahlah, Mas Eko, nanti juga pencurinya bosan. Kalau mau makan belimbing, minta saja Ibu beli di supermarket!" hiburTiwi.
"Aaaah, aku, kan, mau menikmati belimbing pohon ini!" kata Eko. Sekarang Eko menuliskan di karton : MENCURI ITU PERBUATAN TERCELA. MINTA SAJA, PASTI KUBERI. Sekarang Eko membungkus lagi enam buah belimbing.
Ketika buah itu hampir siap di panen, yang hilang tiga buah. Ada tulisan di karton : MAAFKAN, INI UNTUK ORANG SAKIT. Nah, akhirnya Eko berhasil menikmati belimbingnya untuk pertama kali.
"Mas, korespodensinya dengan si pencuri selesai, dong!" kata Tiwi ketika melihat Eko makan belimbing.
"Belum, aku masih mau kenalan dengan si pencuri. Tapi aku ikhlas, karena katanya belimbing itu untuk orang sakit. Mungkin saja ada orang yang sakit darah tinggi dan tak mampu beli belimbing!" kata Eko. Eko kembali membungkus tujuh buah belimbing dan menulis di karton SILAKAN AMBIL SEPUASNYA. SUDAH KUMAAFKAN. BILA PERLU BANTUAN LAIN BILANG SAJA.
Beberapa hari kemudian belimbing itu tidak hilang, tapi ada tulisan : AKU INSAF. YANG SUDAH KUCURI AKAN KUBAYAR (23 BUAH). MINGGU SORE AKU DATANG. Hati Eko berdebar-debar.
Siapakah pencurinya? Anak-anak? Orang dewasa? Tapi, Eko bertekad tidak akan menerima uang pembayaran belimbing itu. Si pencuri sudah insaf, cukuplah itu.
Minggu sore, pintu rumah diketuk. Eko menghambur ke luar. Ingin sekali ia melihat wajah si pencuri.
"Hai, Jo, masuklah. Mau main tenis meja?" tanya Eko sambil membuka pintu. Dikira si pencuri, malah Jojo yang datang. Jojo duduk dan tersenyum.