"Belimbingmu sudah tidak hilang lagi, ya!" kata Jojo.
Eko mengerutkan kening. Kok Jojo tahu? Kan, Eko tidak cerita soal belimbing lagi pada Jojo sejak Jojo bilang itu adalah soal kecil.
"Ko, aku minta maaf. Selama ini aku yang mengambil belimbingmu untuk Mak Ida. Tetangga kita itu, kan, sakit darah tinggi. Aku akan bayar kesalahanku. Hukum saja aku. Suruh aku sikat WC, bersihkan sepedamu atau apa saja!"
Eko terperangah.
"Sudahlah, kau kumaafkan. Tapi apa yang membuatmu insaf?" tanya Eko.
Jojo menghela napas.
"Selama ini aku pikir mencuri belimbing tidak apa-apa. Kalau mencuri ayam dan barang-barang berharga tidak boleh. Tapi kamu mengajarkan, apa yang jadi milik orang lain, walaupun itu sebuah paku, tidak boleh kita ambil.
Sejak itu aku mulai berpikir, mungkin selama ini aku salah. Apalagi kamu tulis bahwa lebih baik minta daripada mencuri. Nah, kalau minta kita dapat, untuk apa mencuri? Kalau kita bisa jadi orang baik, mengapa harus jadi orang jahat?"
Eko terdiam. Rasa hangat mengalir di hatinya.
"Sudahlah, Jo! Yuk, kita bungkus belimbing-belimbing kita!" kata Eko, lalu bergegas mengambil koran bekas.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna