Rambut Elektrik

By Sylvana Toemon, Jumat, 13 April 2018 | 05:00 WIB
Rambut elektrik (Sylvana Toemon)

Dikirimnya sms itu ke Manda, sahabatnya di kompleks sebelah.

Lima belas menit kemudian, Manda sudah tertawa terpingkal-pingkal di kamar Stella.

“Ya ampun, Stella! Kamu ke salon mana, sih? Minta model durian montong atau landak jabrik?” tanya Manda di sela-sela tawanya.

Stella cemberut. Dia menyesal sekali memanggil Manda ke rumahnya. Manda yang melihat ekspresi Stella jadi enggak enak sendiri.

“Maaf, deh, Stell! Aku enggak bermaksud menertawakan kamu. Sebenarnya, modelnya enggak jelek-jelek amat, kok! Aku cuma kaget saja tadi,” sesal Manda.

“Tapi, aku, kan, enggak mungkin datang ke sekolah seperti ini besok. Seluruh anak di sekolah pasti akan menertawakan aku. Bisa-bisa, terjadi gempa bumi di sekolah!” gerutu Stella kesal.

“Iya juga, sih,” gumam Manda. Manda juga bingung mencari jalan keluar buat masalah yang super rumit ini. Manda sempat menyarankan untuk pakai wig.

Tapi, aduuuh, wig dari mana? Stella enggak punya wig. Masak sih, harus beli?

“Stella!” tiba-tiba Manda menjerit seperti tersengat lebah. Stella tentu saja kaget bukan kepalang.

“Kenapa? Ada kalajengking menyengatmu?” serunya.

“Aku punya ide,” jawab Manda dengan mata berbinar-binar. Manda menceritakan idenya dengan berapi-api.

“Serius, Manda, kamu mau melakukannya untukku? Kamu yakin?” tanya Stella dengan mata terbelalak.