"Ah, nggak, kok! Aku benar-benar nggak bisa," jawab Otong cepat.
Siangnya, saat pulang sekolah, Otong segera mengemasi bukunya dan meninggalkan teman-temannya. Biasanya, mereka bersama-sama berlarian gembira menuju kantin. Kini, teman-teman Otong seperti tersadar. Mereka menyesal juga sudah becanda keterlaluan meledek Otong.
Sampai di rumah, Otong kesal sekali. Alasan pergi ke pameran buku sebenarnya hanya karangannya. Otong tidak tahan mendengar ejekan teman-temannya. Gurauan tadi sudah benar-benar keterlaluan!
Rasanya Otong ingin menangis, tetapi ia malu. Tiba- tiba, terlintas suatu rencana di benaknya. Otong tiba-tiba merasa bersemangat lagi.
Sejak peristiwa itu, Otong selalu menghindari ajakan teman-temannya untuk ditraktir makan di kantin. Teman-temannya mulai curiga.
“Tong, kamu masih marah, ya? Maaf, ya, waktu ulang tahun Irin itu, kami, kan, hanya bercanda. Maaf kalau kami membuatmu tersinggung," bujuk Tama.
"Ah, aku nggak apa-apa! Kebetulan aku selalu ada acara, jadi tidak bisa ikut makan-makan," Otong berusaha tersenyum.
Hari berikutnya waktu pelajaran olahraga, Pak Harli mengajak anak-anak lari keliling lapangan sepak bola lima kali. Anak-anak langsung mengeluh.
"Dua kali saja, Pak. Daripada kami nanti pingsan," tawar Wiwin.
“Tidak. Pokoknya lari keliling lima kali. Kalau sudah benar-benar tidak kuat, kalian boleh berhenti. Tapi untuk anak yang menyelesaikan lima putaran, dan berada di urutan terdepan, akan Bapak berikan bonus."
"Bonusnya apa, Pak?" tanya Tama penasaran.
"Wah, rahasia, dong! Yang jelas, kalian pasti suka!" jawab Pak Harli sambil memamerkan senyum misteriusnya.