Anak-anak pun berlari mengikuti Pak Harli berkeliling lapangan sepak bola. Sampai putaran kedua, mereka masih kuat bertahan. Namun, mulai putaran ketiga, mereka mulai menyerah satu persatu. Pada putaran kelima, tinggal lima anak yang masih bertahan, termasuk Otong.
"Wah, Otong hebat, ya! Badannya gendut, tapi, kok, kuat lari sejauh itu?" komentar Tantri sambil bersandar kelelahan di tepi lapangan. Tiba-tiba terdengar teriakan Tama, "Hai, hebat! Otong nomor satu!"
"Hah? Si Otong Gendut paling depan? Kok, bisa?" Wiwin membelalakkan mata. Tadi ia terkantuk-kantuk, jadi tidak memerhatikan Otong yang telah memimpin lari. Saat Otong mendekati mereka, mereka pun berebut bertanya.
“Tong, kamu, kok, bisa bertahan lima putaran?"
"Jangan salah, ya! Aku, kan, tiap pagi lari keliling kompleks. Jadi tadi nggak ada masalah," ujar Otong sambil mengatur napasnya. Ooo, rupanya itulah rencana Otong untuk menguruskan badannya.
"Anak-anak, seperti janji Bapak tadi, Otong layak dapat hadiah. Yaitu makan sepuasnya di kantin sekolah."
"Asyiiik!" seru Otong. "Lo, Tong, tumben kamu nggak nolak? Sudah nggak marah lagi, nih?" goda Tama.
"Marah? Ah, itu, kan, dulu! Sekarang, ayo serbuuu!" seru Otong sambil lari ke kantin.
Ah, Otong! Rupanya ia sudah lupa pada dietnya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti