Perkedel Sukun

By Sylvana Toemon, Sabtu, 14 April 2018 | 10:00 WIB
Perkedel sukun (Sylvana Toemon)

Runi mengajak teman-temannya untuk menginap di rumah baru mereka. Sepulang sekolah, Keyla, Naura, dan Salsa sudah siap dengan bawaan mereka. Kali ini Runi juga mengajak Nia, si anak baru.

“Aku sudah membawa kantong tidurku,” kata Nia.

“Enggak perlu. Kita, kan, bukan kemping,” sahut Naura.

“Tenang saja. Di rumah baruku ada banyak kamar, kok. Ada banyak kasur juga,” sambung Runi.

Runi dan teman-temannya memang sering menginap bersama. Selama ini, Runi yang menginap di rumah teman-temannya. Baru kali inilah teman-temannya datang menginap ke rumahnya. Tempat tinggalnya yang dulu, sebuah apartemen dengan 2 kamar, tidak cukup menampung teman-temannya.

“Selamat datang di rumah kami,” sambut Bu Dini.

“Ayo ke kamarku,” ajak Runi sambil berjalan lebih dulu.

Kelima anak perempuan itu berlarian memasuki kamar Runi. Di lantainya ada kasur lebar yang membentang. Runi memimpin teman-temannya menyerbu kasur empuk dengan seprai bergambar buah-buahan itu. Mereka tertawa dan bercanda bersama sampai terdengar suara Bu Dini.

“Anak-anak, apakah kalian mau sukun goreng?” tanya Bu Dini dari ambang pintu.

“Sukun? Apa itu, Tante?” tanya Naura.

“Kamu belum pernah makan sukun, ya? Yuk, kita coba,” jawab Bu Dini.

Mereka beramai-ramai berjalan di lorong panjang menuju dapur. Bu Dini menjelaskan tentang sukun kepada anak-anak perempuan itu. Ternyata hanya Runi dan Nia yang pernah makan sukun. Yang lain belum pernah melihat sukun, apalagi memakannya. Runi pun baru merasakan sukun belum lama setelah pindah ke rumah ini. Sukun adalah salah satu buah yang ditanam di kebun rumah itu.