Malam Cerita

By Sylvana Toemon, Minggu, 20 Mei 2018 | 02:00 WIB
Malam cerita (Sylvana Toemon)

Runi mengajak teman-temannya menginap di rumah barunya yang besar. Mereka membuat perkedel sukun bersama Bu Dini, ibu Runi. Keyla, Naura, Salsa, dan Nia senang sekali. Beberapa dari mereka baru kali ini melihat sukun, apalagi memakannya. Riuh sekali suara di dapur sampai terdengar sesuatu dari lorong.

“Tuk…tuk…tuk…,” terdengar langkah di lorong menuju dapur.

Mendengar langkah itu, semua kepala menoleh ke sumber bunyi. Teman-teman Runi saling mendekat. Mereka ketakutan. Dari lorong itu keluar seorang kakek bertubuh kurus. Kakek itu mengenakan sarung dan kaos oblong. Di tangan kanannya ada 7 buah pensil berujung tumpul. Tangan kirinya memegang tongkat. Tongkat itulah yang menimbulkan bunyi tuk tuk tuk. Keyla, Naura, Salsa, dan Nia merapat. Tanpa sadar, mereka semua berlindung di balik tubuh Runi.

“Perkenalkan, ini Datuk, kakeknya mamaku. Datuk adalah pemilik rumah ini,” kata Runi sambil mendekati Datuk.

“Selamat datang di rumah kami,” sapa Datuk dengan ramah.

Mendengar suara ramah itu, teman-teman Runi tidak lagi berdiri merapat. Bergantian mereka bersalaman dengan pria tua bertubuh kurus itu.

“Runi, Datuk minta tolong runcingkan pensil. Pake alat yang diputar-putar itu, lo,” pinta Datuk sambil menyodorkan pensil-pensilnya.

“Ayo kita ke perpustakaan,” ajak Runi.

Datuk dan anak-anak perempuan itu segera menju ke perpustakaan. Di tempat itulah ada alat peruncing pensil yang diputar-putar. Sebelum ada alat ini, Datuk meruncingkan pensilnya dengan pisau. Datuk suka menulis menggunakan pensil. Bu Dini khawatir Datuk akan melukai dirinya sendiri karena penglihatan Datuk sudah tidak setajam dulu. Bu Dini kemudian meminta anak-anaknya meruncingkan pensil-pensil kakeknya itu. Runi dan Rudi mengerjakan tugas ini dengan gembira. Bagi mereka, meruncingkan pensil seperti sebuah permainan. Tak jarang mereka berebutan.

Srrrrt…. Srrrrtt… Pensil pertama sudah selesai diruncingkan. Runi sudah bersiap mau mengambil pensil kedua sebelum kumpulan pensil itu diambil oleh Rudi.

“Aku juga mau meruncingkan pensil,” kata Rudi.

“Bagaimana kalau masing-masing anak meruncingkan 1 pensil?” usul Datuk ketika melihat kedua anak kembar itu akan bertengkar.