Gara-Gara Payung

By Putri Puspita, Minggu, 4 Juni 2017 | 01:56 WIB
Gara-gara Payung. Foto: id.aliexpress.com (Putri Puspita)

Mang Ayu baru saja selesai latihan menari. Tiba-tiba hujan lebat turun. Awalnya hanya rintik-rintik, tetapi semakin lama, malah semakin deras. Mang Ayu tidak bisa pulang ke rumah padahal hari ini ia berencana membuat pudding untuk Bapak.

“Bagaimana ya caranya pulang?” tanya Mang Ayu pada dirinya sendiri.

Mang Ayu kemudian berjalan menuju serambi sanggar. Ia melihat ada payung tergeletak di dekat tangga. Ketika Mang Ayu melihat ke kanan dan kiri, tidak ada orang lain selain dirinya. Hmm… ingin rasanya Mang Ayu meminjam payung itu agar bisa segera pulang.

Mang Ayu mendekati payung yang tergeletak itu. Ia memutar-mutar payung berharap menemukan siapa pemiliknya.

“Hmm, tidak Ayu, kamu tidak boleh memakai tanpa minta izin,” kata Mang Ayu pada dirinya sendiri.

Hujan tak kunjung reda. Mang Ayu sudah tidak mungkin sampai di rumah tepat waktu kecuali ia meminjam payung yang tergeletak itu. Namun, Mang Ayu teringat pesan orang tuanya untuk tidak mengambil atau meminjam barang tanpa izin.

“Ya sudah, membuat pudding untuk Bapak, minggu depan saja saat Bapak pulang lagi,’ katanya sedih.

Tidak lama kemudian, seorang Ibu datang dan tampak kebingungan. Ia memakai jas hujan dan seperti mencari sesuatu.

“Ibu, Ibu sedang cari apa?” kata Mang Ayu.

“Saya cari payung di sini. Apa adik lihat?” kata Ibu itu.

“Oh ya, tadi saya masukkan ke dalam, takut hilang,” kata Mang Ayu.

Wajah Ibu itu langsung ceria lagi. “Terimakasih ya dik, terima kasih,” katanya berulang kali.

Mang Ayu mengambilkan payung milik Ibu itu dan memberikannya. “Untung saja tidak jadi aku pakai,” kata Mang Ayu dalam hati.