Gara-Gara Payung

By Putri Puspita, Minggu, 4 Juni 2017 | 01:56 WIB
Gara-gara Payung. Foto: id.aliexpress.com (Putri Puspita)

“Adik, kenapa masih di sini?” tanya Ibu itu.

“Saya tidak bawa payung Bu, jadi tidak bisa pulang,” kata Ayu.

Ibu itu langsung menawarkan pulang bersama dan Ayu sangat senang menerimanya.

Di dalam perjalanan, Ibu itu menceritakan kebingungannya mencari payung itu. Hadiah yang diberikan suaminya sesaat sebelum suaminya meninggal.

Payung itu sangat berharga, tetapi karena terburu-buru menjemput anaknya di sanggar, menjadi ketinggalan. Ayu pun menceritaka keinginannya meminjam payung itu supaya cepat sampai di rumah dan bisa membuat pudding untuk Bapak yang pulang minggu ini. Ibu itu sangat terharus atas kebaikan Mang Ayu.

Setibanya di rumah, Mang Ayu mengucapkan terima kasih pada Ibu yang menolongnya. Ia pun disambut Ibu dan Bapak yang menunggu di serambi. Ayu sangat senang bisa berkumpul bersama lagi dengan Ibu dan Bapak.

Saat makan malam bersama selalu jadi momen favorit Mang Ayu, Ibu, Bapak, Bli Wayan, dan Bli Kadek. Semua berkumpul dan saling bertukar cerita. Tiba-tiba pintu rumah diketuk.

“Siapa ya datang jam segini,” tanya Ibu.

“Coba Ayu buka ya Bu,” jawab Mang Ayu.

Ayu sangat kaget karena di depan pintu rumah ada sekotak pudding dengan tulisan “Terima kasih Ayu yang baik. Ini hadiah dari Ayu untuk Bapak”. Ayu yakin, ini pasti dari Ibu yang tadi.

“Ya Tuhan, baik sekali Ibu itu,” kata Mang Ayu.

Mang Ayu langsung masuk ke ruang makan lagi dengan gembira. Ia menceritakan apa yang terjadi ketika kehujanan. Ia pun tetap bisa memberi hadiah pudding untuk Bapak yang baru pulang.

Cerita oleh Putri Puspita | Bobo.ID